Kota pusat produksi Guangzhou menutup sebagian besar pintu kedatangan pengunjung pada Senin (11/4) bersamaan dengan upaya China memerangi gelombang COVID-19 di kota-kota besar di wilayah timur negara itu.
Shanghai memikul beban kenaikan tersebut, dengan 26.087 kasus baru tercatat pada Senin (11/4), dengan hanya 914 di antaranya yang menunjukkan gejala. Kota berpenduduk 26 juta jiwa itu tengah menjalani karantina wilayah (lockdown) ketat, dengan banyak penduduk ‘dikurung’ di rumah masing-masing selama tiga minggu. Kekhawatiran akan dampak perebakan terhadap perekonomian kota terbesar di China itu semakin meningkat.
Kota pusat keuangan itu terpaksa membatalkan berbagai acara internasional akibat peningkatan kasus, sementara klub sepakbola setempat, Shanghai Port, terpaksa mundur dari Asian Champions League karena pembatasan perjalanan menyebabkan para pemainnya tak bisa menghadiri liga yang diadakan di Thailand itu.
Belum ada lockdown yang diberlakukan di Guangzhou, kota metropolitan dengan 18 juta penduduk yang terletak di sebelah barat laut Hong Kong, yang menjadi markas banyak perusahaan besar dan rumah bagi bandara tersibuk China. Hanya 27 kasus dilaporkan di kota itu pada Senin (11/4).
Meski demikian, sekolah dasar dan menengah telah dialihkan ke mode online setelah terdeteksi 23 infeksi lokal pekan lalu. Sebuah pusat pameran pun dialihfungsikan menjadi rumah sakit darurat setelah pihak berwenang mengatakan mereka akan mulai melakukan tes COVID-19 massal di seantero kota.
Hanya warga dengan “kebutuhan tertentu” yang diizinkan meninggalkan kota Guangzhou, dan hanya apabila mereka dites negatif COVID-19 dalam 48 jam sebelum keberangkatan, kata juru bicara pemerintah kota, Chen Bin, dalam pengumumannya di media sosial.
China terus menjalankan strategi “nol-COVID” dalam mengatasi perebakan, dengan cara isolasi ketat dan tes massal, terlepas dari keluhan di Shanghai terkait minimnya pasokan makanan dan layanan kesehatan.
Pemerintah China dan seluruh media yang dikuasai pemerintah semakin bersikap defensif terhadap keluhan mengenai langkah-langkah pencegahan COVID-19, menyensor konten online dan menyanggah kritik luar negeri. [rd/rs]