Meski ada penolakan dari beberapa organisasi Islam, kontes kecantikan Miss World akan terus dilangsungkan.
DENPASAR —
Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan tidak ada alasan untuk membatalkan acara Miss World, karena panitia pelaksana memastikan siap mematuhi aturan agama dan budaya di Indonesia.
Gubernur Pastika mengatakan bahwa sebelum Bali bersedia menjadi tuan rumah, pemerintah provinsi Bali telah mengajukan syarat kepada panitia Miss World untuk mengikuti etika dan tata susila yang berlaku di Indonesia, seperti tidak mengenakan bikini. Bagi Bali, menjadi tuan rumah pelaksanaan Miss World juga memberi keuntungan dari segi promosi pariwisata, ujarnya.
“Anda bayangkan, 131 negara pesertanya, dengan jurnalis sekitar 1,000 orang. Itu akan dilihat di seluruh dunia. Ini promosi gratis buat kita, apalagi saya yakin banyak yang live,” ujarnya, Selasa (27/8).
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ngurah Wijaya menegaskan tidak perlu ada penolakan terhadap pelaksanaan Miss World di Bali, apalagi Bali sangat dibantu dari segi promosi.
“Kita dibantu banyak dengan adanya Miss World ini untuk promosi ya, dapat (liputan) media dari sebelum dan sesudah acara. Terkait Miss World kalau urusan moral itu urusan pribadi-pribadi,” ujarnya.
Sebelumnya, Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan penolakan terhadap pelaksanaan Miss World di Indonesia. Alasannya kontes tingkat dunia itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan dan mengumbar aurat sehingga bisa menyebabkan maksiat.
Juru bicara panitia pelaksanaan pemilihan Miss World, Syafril Nasution mengatakan, sebagai bukti bahwa pelaksanaan acara di Indonesia tetap menghargai adat dan budaya adalah akan dipentaskannya Tari Kecak dan berbagai tarian daerah Indonesia pada pembukaan acara 8 September mendatang.
Selain itu, panitia juga telah merancang kegiatan dimana para kontestan akan menggunakan pakaian hasil rancangan para desainer Indonesia. Para kontestan nantinya juga akan diajak mengunjungi Kawasan Garuda Wisnu Kencana, mengunjungi beberapa museum di Bali dan mengunjungi Pura Besakih sebagai upaya memperkenalkan budaya Indonesia, ujarnya.
“Tidak memakai bikini, itu jelas tidak dilakukan. Memang sejak tujuh tahun yang lalu tidak ada bikini dalam Miss World ini. Di sini mungkin karena kurangnya informasi saja dan sosialisasi terhadap kegiatan itu, sehingga ada pemikiran-pemikiran Miss World ini dianggap seperti apa yang mereka pikirkan,” ujarnya.
Gubernur Pastika mengatakan bahwa sebelum Bali bersedia menjadi tuan rumah, pemerintah provinsi Bali telah mengajukan syarat kepada panitia Miss World untuk mengikuti etika dan tata susila yang berlaku di Indonesia, seperti tidak mengenakan bikini. Bagi Bali, menjadi tuan rumah pelaksanaan Miss World juga memberi keuntungan dari segi promosi pariwisata, ujarnya.
“Anda bayangkan, 131 negara pesertanya, dengan jurnalis sekitar 1,000 orang. Itu akan dilihat di seluruh dunia. Ini promosi gratis buat kita, apalagi saya yakin banyak yang live,” ujarnya, Selasa (27/8).
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ngurah Wijaya menegaskan tidak perlu ada penolakan terhadap pelaksanaan Miss World di Bali, apalagi Bali sangat dibantu dari segi promosi.
“Kita dibantu banyak dengan adanya Miss World ini untuk promosi ya, dapat (liputan) media dari sebelum dan sesudah acara. Terkait Miss World kalau urusan moral itu urusan pribadi-pribadi,” ujarnya.
Sebelumnya, Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan penolakan terhadap pelaksanaan Miss World di Indonesia. Alasannya kontes tingkat dunia itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan dan mengumbar aurat sehingga bisa menyebabkan maksiat.
Juru bicara panitia pelaksanaan pemilihan Miss World, Syafril Nasution mengatakan, sebagai bukti bahwa pelaksanaan acara di Indonesia tetap menghargai adat dan budaya adalah akan dipentaskannya Tari Kecak dan berbagai tarian daerah Indonesia pada pembukaan acara 8 September mendatang.
Selain itu, panitia juga telah merancang kegiatan dimana para kontestan akan menggunakan pakaian hasil rancangan para desainer Indonesia. Para kontestan nantinya juga akan diajak mengunjungi Kawasan Garuda Wisnu Kencana, mengunjungi beberapa museum di Bali dan mengunjungi Pura Besakih sebagai upaya memperkenalkan budaya Indonesia, ujarnya.
“Tidak memakai bikini, itu jelas tidak dilakukan. Memang sejak tujuh tahun yang lalu tidak ada bikini dalam Miss World ini. Di sini mungkin karena kurangnya informasi saja dan sosialisasi terhadap kegiatan itu, sehingga ada pemikiran-pemikiran Miss World ini dianggap seperti apa yang mereka pikirkan,” ujarnya.