Gubernur Baru Jakarta Dorong Era Meritokrasi

  • Kate Lamb

Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok, berbicara pada para jurnalis di kantornya di Jakarta (14/8).

Ahok mengatakan memimpin ibukota adalah kesempatannya untuk menunjukkan bahwa hasil kerja dan meritokrasi dapat mengalahkan politik identitas.

Tahun ini, dua politisi yang dianggap ada di luar kalangan elit membuat gebrakan.

Joko Widodo, alias Jokowi, gubernur Jakarta yang sangat populer akan dilantik menjadi presiden pada Oktober ini. Transisi tersebut membuka jalan bagi Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok, wakil gubernur tanpa basa-basi, terkadang terlalu keras, untuk mengambil alih tampuk kepemimpinan di ibukota.

Sebagai warga keturunan China pertama yang memimpin Jakarta, Ahok mengatakan ia telah lama berjuang melawan politik identitas di Indonesia.

"Jika saya menggunakan persepsi umum politik di Indonesia, saya tidaka kan memiliki keberanian untuk terjun kepolitik. Saya tidak dapat dipilih," ujar Ahok, yang pertama kali muncul sebagai pejabat publik saat menjadi bupati Bangka Belitung, sebelum menjadi anggota parlemen pada 2009.

Sebagai minoritas ganda, keturunan China dan beragama Kristen, Ahok seringkali disebut kafir ketika ia masuk ke politik.

Pengusaha Sofyan Wanandi mengatakan keberhasilan Ahok berdampak baik bagi komunitas keturunan China, namun hal itu juga dapat meningkatkan kecemburuan sosial terhadap mereka.

“Ini masalah saya karena sensitivitas isu China ini. Karena orang-orang merasa iri.. Masyarakat selalu mengatakan etnis China begitu berhasil dalam bisnis, dan sekarang tiba-tiba mereka ingin masuk ke politik juga. Semua hal ini tidak baik, menurut saya. Anda harus menunjukkan bahwa Anda tidak seperti itu, bahwa Anda juga orang Indonesia dan apa yang dapat dilakukan untuk negara," ujar Sofyan.

Beberapa bulan lalu, kampanye hitam terhadap Jokowi, misalnya, yang menuduhnya China dan Kristen, secara signifikan mengurangi popularitasnya dan hampir membuatnya kalah.

Ahok mengatakan memimpin ibukota adalah kesempatannya untuk menunjukkan bahwa hasil kerja dan meritokrasi dapat mengalahkan politik identitas.

"Jakarta adalah sangat penting bagi saya untuk menunjukkan bahwa saya tidak peduli Anda China atau agama Anda apa, negara membutuhkan patriot yang mau berkorban untuk rakyat, tidak melakukan korupsi, tidak menerima sogokan, dan hanya mengikuti Konstitusi," ujarnya.

Ahok memiliki reputasi tegas terhadap korupsi, dengan memecat para pejabat yang korup dan memberlakukan langkah-langkah untuk mengekang suap.

Ia juga lantang berbicara melawan intoleransi beragama dan membuat keputusan-keputusan sulit seperti relokasi pedagang kaki lima dan secara berani menutup diskotik Stadium, yang dianggap sarang narkoba.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan VOA, Ahok bercanda bahwa langkah itu membuatnya 'Godfather' Jakarta yang baru.

"Akar masalah Indonesia adalah korupsi. Itu saja, sangat sederhana. Seperti Stadium misalnya. Delapan belas tahun dan ada narkoba, semuanya. Atau seperti Tanah Abang, prostitusi, di bawah 20 tahun, semua tahu. Sekarang semuanya selesai, hancur, termasuk narkoba. Kami serius menangani ini," ujarnya.

Ahok akan menjadi gubernur baru mulai bulan depan dan akan menjabat sampai 2017.