Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan panen Padi Ratun Teknologi R5, di lahan pertanian Puspa Agro, di Kabupaten Sidoarjo. Padi Ratun menggunakan metode tanam R5 ini merupakan yang pertama di Indonesia, yang menjadikan panen padi dari 2 kali setahun menjadi 5 kali dalam setahun.
Menurut Direktur Jatim Graha Utama (JGU) Mirza Mutakin, teknologi R5 yang digunakan memanfaatkan sekam bakar dan beberapa campuran zat alam lainnya, dengan tetap tidak memotong habis batang padi yang hendak dipanen pertama kalinya. Mirza menyebut hasil panen menggunakan padi ratun R5 ini mampu meningkatkan produksi pertanian sampai dua kali lipat tanpa melakukan penanaman ulang.
“R5 berbasis pada sekam bakar, yang dicampur dengan zat perekat berupa kapur pertanian dan beberapa zat bebatuan yang ada di Jawa Timur. Bila dalam setahun rata-rata dua kali, maka hasil pokoknya sekitar 12-14 ton per tahun, per hektare. Dengan menggunakan padi ratun dan dengan media R5, dengan satu kali panen padi pokok dan 3 sampai 4 kali padi ratun, maka hasilnya sekitar 24-34 ton dalam setahun,” ujar Mirza.
Penemu padi ratun R5, Koos Kuntjahjo mengatakan, Jawa Timur menjadi tempat uji coba pertama di Indonesia, dan telah mampu memanen hasil untuk kelima kalinya pada setahun terakhir. Selain mampu meningkatkan hasil pertanian melalui waktu panen yang pendek, padi ratun R5 ini mampu mengurangi pemakaian pupuk buatan hingga 50 persen dengan kualitas hasil panen yang tidak berbeda dengan panen awal.
Your browser doesn’t support HTML5
“Residu-residu atau bekas dari pupuk-pupuk sintetis itu, kemudian dia bisa mengabsorb juga pupuk yang ditaburkan sehingga hemat. Makanya bisa ada penghematan sampai 50 persen Urea dan NPK. Tidak diolah lagi tanahnya, ya namanya padi ratun ya seperti itu, dipotong ukuran tinggi tertentu, air tertentu, pupuknya juga menurun pemakaiannya, kualitasnya sama dengan pokoknya. Pokoknya seperti apa ya itu, tidak ada perubahan. Seperti contohnya ini, pokoknya seperti apa dulu, sekarang seperti itu kualitas bulirnya, umur dua bulan panen,” ujar Koos.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, terus menyempitnya lahan pertanian di Jawa Timur menjadi kendala peningkatan produksi pertanian secara nasional, karena Jawa Timur merupakan salah satu provinsi penghasil padi terbesar. Penerapan teknologi seperti pada padi ratun R5 ini menurut Khofifah, perlu dilakukan untuk menyiasati berkurangnya lahan pertanian yang ada, termasuk dengan memanfaatkan media tanam polybag.
“Untuk ekstensifikasi lahan di Jawa Timur hampir bisa dikatakan impossible, maka yang harus dilakukan adalah intensifikasi. Nah, intensifikasi tidak bisa tidak tanpa update teknologi, maka research and development menjadi penting, inovasi-inovasi menjadi penting, termasuk yang sekarang kita di Jemundo ini,” ujar Khofifah.
Bupati Sidoarjo, Saiful Illah berharap, penggunaan padi ratun R5 akan dapat diterapkan di banyak daerah, sehingga produksi padi Jawa Timur kembali meningkat.
“Dengan adanya metode tanam R5 ini, semoga dapat meningkatkan perkembangan produk, produktivitas pertanian tanam padi yang ada di Kabupaten Sidoarjo ini.” [pr/lt]