Masa tanggap darurat akibat erupsi Gunungapi Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, diperpanjang selama 14 hari ke depan terhitung sejak tanggal 30 April ini. Kebijakan perpanjangan status tanggap darurat itu diambil seiring terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik Gunungapi Ruang yang kembali erupsi pada pukul 01.15 WITA tadi.
Selang lima belas menit setelah erupsi itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan tingkat aktivitas gunung itu dari level III-Siaga menjadi level IV-Awas. Hal ini membuat warga di Pulau Tagulandang yang berada dalam radius tujuh kilometer dari puncak kawah harus kembali mengungsi ke tempat yang aman.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari menjelaskan hal ini lebih jauh.
“Jadi, melihat dari karakter dampak dari erupsi yang terjadi hari ini hingga pagi hari tadi itu berbeda dengan erupsi dua minggu yang lalu. Kalau dua minggu lalu itu harus dikosongkan hingga enam kilometer, maka per hari ini itu harus dikosongkan hingga tujuh kilometer. BNPB sudah mengestimasi populasi penduduk yang harus kita evakuasi itu lebih kurang 11.000 – 12.000 jiwa.”
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro bersama TNI/Polri kini bergerak cepat mengevakuasi warga Pulau Tagulandang menuju ke Pulau Siau. Evakuasi melibatkan tiga armada transportasi laut yaitu kapal feri, kapal dari Basarnas dan KRI dari Bitung, Minahasa Utara.
Warga yang dievakuasi nanti akan ditampung di tujuh titik pos pengungsian di Pulau Siau, yang penanganannya nanti dilakukan oleh BPBD dan Dinas Sosial Kabupaten Sitaro.
“Untuk kebutuhan-kebutuhan logistik dari Sitaro sudah disampaikan, terpal dan seng 5.000 sampai 7.500 lembar, kasur dan tikar 5.000 lembar, tenda pengungsi 30 unit, dan kemudian untuk di Manado 30 tenda pengungsi dan 50.000 paket makanan siap saji ini akan dicoba untuk dilengkapi baik itu bersama BNPB, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah,” tambahnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Dari 11.000 warga yang diungsikan itu, 834 warga asal Pulau Ruang akan langsung dievakuasi ke Kota Manado karena tidak dapat lagi kembali ke pulau tersebut. “Artinya akan butuh waktu lebih lama buat mereka untuk sementara tinggal di tempat pengungsian atau hunian sementara nantinya sebelum nanti rumah baru di tempat relokasi itu selesai dibangunkan,” kata Abdul Muhari.
Rekomendasi Badan Geologi
Penyidik Madya Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hetty Triastuti menyatakan Gunung Ruang mengalami erupsi menerus pasca letusan besar yang diikuti awan panas. Tinggi kolom erupsi mencapai lima ribu meter dari puncak gunung. Ia menyerukan seluruh warga Pulau Tagulandang segera dievakusi sebelum terlambat.
“Kepada masyarakat di Pulau Tagulandang, khususnya yang bermukim dekat pantai, agar mewaspadai potensi lontaran batu pijar, luruhan awan panas atau surge, dan tsunami akibat material erupsi yang masuk ke laut atau runtuhnya tubuh gunung api ke dalam laut. Dan masyarakat dihimbau untuk selalu menggunakan masker untuk menghindari paparan abu vulkanik yang dapat mengganggu sistem pernafasan,” ujar Hetty.
Sejarah Erupsi Gunung Ruang
Gunungapi Ruang secara administratif berada di desa Tulusan, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro Provinsi Sulawesi Utara. Gunung dengan tinggi mencapai 725 meter di atas permukaan laut ini juga dikenal dengan nama Gunung Ruwang, Aditinggi, Duang atau Duwang.
Sejak tahun 1808 hingga 2002, Gunung Ruang telah berulangkali erupsi. Bahaya utama yang ditimbulkannya adalah awan panas dan aliran lava yang dapat menyelimuti seluruh pulau. Sementara pulau-pulau di sekitarnya berpotensi terkena hujan vulkanik, lapilli atau material padat berupa batu-batu kerikil, sampai abu yang mungkin masih panas. Bahaya lahar hanya terbatas di Pulau Ruang saja. [yl/em]