Hadapi Hambatan Barat, China Dorong Produk Ramah Lingkungan di KTT Afrika

FILE - Seorang karyawan bekerja pada modul fotovoltaik surya yang akan diekspor di sebuah pabrik di Lianyungang, di provinsi Jiangsu, China timur, 4 Januari 2024.

Ketika negara-negara Barat membatasi impor produk-produk teknologi ramah lingkungan dari China, negara produsen terbesar di dunia itu mencari pasar-pasar baru. Para analis yang mengatakan topik itu kemungkinan akan mendominasi agenda KTT Kerja Sama China-Afrika (FOCAC) mendatang.

KTT FOCAC diadakan setiap tiga tahun. KTT tahun ini adalah yang pertama sejak China dibuka kembali setelah pandemi dan mengalami kelambanan ekonomi. Pertemuan para pemimpin itu juga berlangsung di tengah meningkatnya persaingan geopolitik antara Beijing dan negara-negara Barat.

Analis di China Global South Project, Cliff Mboya yang berpusat di Pretoria mengatakan, “Ketika persaingan kekuatan dunia semakin hebat dan kita melihat kesenjangan yang meluas antara China, AS, dan negara-negara Barat, kami memperkirakan dalam forum ini China berusaha dan mengonsolidasikan aliansi ideologis dan politiknya dengan benua ini.”

Para pejabat China berjanji, energi hijau (ramah lingkungan) akan menjadi salah satu topik diskusi pada pertemuan tingkat tinggi di Beijing yang dimulai pada tanggal 4 September.

China adalah produsen panel surya terbesar di dunia, dan tahun ini menyumbang tiga perempat dari investasi dunia dalam keseluruhan manufaktur teknologi ramah lingkungan, menurut data Badan Energi Internasional.
Namun, China memproduksi secara berlebihan dan kini menghadapi ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan atas melimpahnya produk itu.

Your browser doesn’t support HTML5

Hadapi Hambatan Barat, China Dorong Produk Ramah Lingkungan di KTT Afrika

Amerika dan Uni Eropa yang ingin melindungi manufaktur dan lapangan pekerjaan mereka, telah menerapkan kebijakan dagang yang bersifat melindungi dan menaikkan tarif atas produk-produk dari China termasuk kendaraan listrik, baterai, panel surya, dan mineral penting.

Mboya menambahkan, “Kami melihat produk China semakin dibatasi di Amerika Serikat dan Eropa. Saya percaya China akan mencari pasar alternatif di Afrika.”

Sebagai imbalannya, para pemimpin Afrika berupaya mengurangi ketidakseimbangan perdagangan yang sudah berlangsung lama, agar China mengambil lebih banyak ekspor mereka, katanya. Meskipun banyak negara Afrika, sebagian dari mereka sedang mengalami krisis energi akan menyambut baik bantuan dalam transisi mereka ke energi terbarukan.

Peneliti di Pusat Studi Strategis Afrika di Washington D.C, Paul Nantulya menjelaskan, China juga “mendapat manfaat yang sangat besar.”

FILE - Presiden China Xi Jinping terlihat di layar lebar di sebuah mal di Beijing, pada upacara pembukaan Forum Kerja Sama China-Afrika (FOCAC) ke-8, 30 November 2021.

“Jika kita melihat pertumbuhan ekonomi hijau misalnya, teknologi yang dipasarkan ke negara-negara Afrika, yang harus dibeli oleh negara-negara Afrika, baik melalui pembiayaan pinjaman atau langsung melalui entitas perdagangan, itulah salah satu manfaat yang diperoleh China,” jelasnya.

Sejak pandemi, China mengalihkan prioritas proyek pembangunan prasarana dunianya, Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI), ke apa yang disebut “BRI ramah lingkungan.”

Topik lain yang dibahas pada FOCAC mencakup modernisasi pertanian, teknologi informasi, serta pendidikan dan pelatihan. Para pemimpin Afrika juga berusaha melakukan pertemuan tatap muka dengan Presiden China Xi Jinping. [ps/ka]