Selandia Baru, Jumat (4/8) mengatakan berencana untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya sementara ketegangan meningkat di Pasifik, antara lain karena peningkatan kekuatan militer China di kawasan itu.
Menteri Pertahanan Selandia Baru Andrew Little mengatakan, “Kita akan meningkatkan banyak kemitraan kita, terutama dengan satu-satunya sekutu militer resmi, Australia, dan negara-negara Kepulauan Pasifik, yang bukan hanya tetangga tetapi juga kita anggap sebagai keluarga.”
Little menambahkan anggaran pertahanan yang sekarang ini jumlahnya sekitar 1 persen dari ekonomi negara, proporsi yang ia perkirakan perlu ditingkatkan, meskipun tidak sampai setinggi dua persen.
Ia mengatakan, mengganti kapal-kapal patroli dan fregat angkatan laut yang sudah tua termasuk di antara kebutuhan paling mendesak yang sedang dipertimbangkan. Ia mengatakan negara itu juga menghadapi kenaikan ancaman domestik seperti misinformasi, serangan siber dan terorisme.
BACA JUGA: Antisipasi Indo-Pasifik Memanas, AS dan Australia Gelar Latihan Perang Bersama 11 NegaraDokumen kebijakan pertahanan baru yang dirilis oleh Little tidak memuat rincian mengenai kenaikan pengeluaran, peralatan atau tentara, dengan rincian semacam itu diperkirakan akan dilengkapi dalam rencana selanjutnya.
Dokumen itu malah menunjuk pada peran militer negara itu, yang kerap digunakan terutama untuk bertindak sebagai penjaga perdamaian atau pemberi bantuan sewaktu negara-negara di kawasan Pasifik dilanda bencana alam.
Sekarang, kata dokumen itu, Selandia Baru menghadapi masa-masa yang lebih menantang daripada beberapa dekade sebelumnya dan militer perlu meningkatkan kesiapan tempurnya. Militer telah menghadapi masalah peralatan yang usang dan kesulitan merekrut dan mempertahankan staf.
Little mengatakan Selandia Baru hingga belakangan ini beranggapan terlindungi karena letaknya yang terpencil.
BACA JUGA: Menlu AS Blinken di Selandia Baru Lanjutkan Lawatan di Indo-Pasifik“Perubahan dan lingkungan keamanan domestik dan internasional menunjukkan tanggapan dan kesiapan kita juga harus berubah,” katanya.
Dokumen itu secara langsung merujuk pada China atas meningkatnya ketegangan, dengan mengatakan negara tersebut menggunakan kekuatan nasionalnya dengan cara yang menantang peraturan dan norma internasional yang ada sekarang ini.
“Beijing terus melakukan investasi besar-besaran dalam mengembangkan dan memodernisasi militernya, dan semakin mampu memproyeksikan pasukan militer dan paramiliternya di luar wilayahnya,” kata dokumen itu.
Namun Little menegaskan bahwa menurutnya “kita tidak menjelang perang di Pasifik.” [uh/ab]