Haiti Belum Putuskan Pemakaman Mantan Diktator

Warga Haiti di Petionville, Port-au-Prince di Haiti tampak tidak terpengaruh dengan berita kematian mantan diktator Jean Claude Duvalier (6/10). (VOA/S. Lemaire)

Para pejabat akan berdiskusi untuk memutuskan apakah akan memberikan Duvalier pemakaman nasional atau resmi.

Pemerintah Haiti belum memutuskan upacara pemakaman seperti apa yang akan diterima mantan diktator Jean Claude “Baby Doc” Duvalier, yang meninggal dunia Sabtu (4/10).

“Pemakaman nasional harus diorganisir menurut protokol resmi," ujar Lucien Jura, juru bicara pemerintah, yang menambahkan bahwa sebuah pertemuan sedang direncanakan Senin bagi para pejabat untuk memutuskan apakah akan memberikan Duvalier pemakaman nasional atau resmi.

Pemakaman nasional akan melibatkan tiga sampai tujuh hari masa berkabung, bendera yang dikibarkan setengah tiang dan upacara pemakaman yang dihadiri oleh para pejabat pemerintahan dan pembesar lainnya. Pemakaman resmi berarti upacara yang dihadiri oleh para pejabat tanpa embel-embel lainnya.

Mantan diktator Haiti, Jean-Claude 'Baby Doc' Duvalier, melambaikan tangan pada para pendukung di rumah kontrakan tempat ia tinggal di Port-au-Prince.

Belum ada pernyataan resmi dari keluarga Duvalier mengenai rencana pemakaman.

Dua hari setelah kematian Baby Doc akibat serangan jantung pada 4 Oktober, tidak terlihat tanda-tanda berduka cita di seluruh ibukota negara, Port-au-Prince. Masyarakat Haiti memiliki reaksi berbeda-beda terhadap kematian mantan diktator tersebut.

Mantan walikota Port-au-Prince, Evans Paul, yang merupakan tahanan politik pada rezim Duvalier, mengatakan Duvalier tidak pantas mendapatkan pemakaman nasional dari sudut pandang moral.

"Namun, jika secara hukum ia berhak mendapatkan pemakaman nasional karena fakta bahwa ia mantan kepala negara, silakan saja. Tapi keputusan itu akan kontroversial," ujar Paul.

Seorang pria berusia 71 tahun di ibukota, yang menolak memberitahu namanya, mengatakan "Duvalier adalah korban" dan "tidak bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan yang ia lakukan saat berkuasa. Yang harus disalahkan adalah rekan-rekan Francois "Papa Doc" Duvalier atas kejahatan yang terjadi dalam rezimnya.

Seorang warga lain bernama Pierre Louis Delinois, 45, mengatakan ia tidak peduli apakah Duvalier harus menerima pemakaman nasional atau resmi.

"Saya tidak punya pendapat. Ia mantan presiden jadi ini kabar sedih. Ia seharusnya diampuni (atas apa yang terjadi di bawah rezimnya)," ujarnya.