Hakim Agung Konservatif MA AS Kritik Putusan Legalisasi Pernikahan Sejenis

  • Associated Press

Gedung Mahkamah Agung di Washington, saat para hakim agung memulai masa persidangan baru, Senin, 5 Oktober 2020.

Mahkamah Agung Amerika Serikat, yang sudah bersiap mengambil arah ke kanan, membuka periode baru pada Senin (5/10) dengan kejutan dari dua hakim konservatif. Keduanya yang melontarkan kecaman baru terhadap putusan MA untuk mengesahkan pernikahan sesama jenis secara nasional.

Para hakim yang baru kembali dari liburan musim panas dengan catatan yang suram menyusul wafatnya Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg, mendengarkan argumentasi melalui telepon karena pandemi virus corona dan bersiap menghadapi kemungkinan tantangan pengadilan pasca pemilihan presiden.

Mahkamah Agung jeda sejenak untuk mengenang Ginsburg, perempuan kedua di Mahkama Agung. Namun, pernyataan dari Hakim Clarence Thomas, yang diikuti oleh Hakim Samuel Alito, menggarisbawahi kegembiraan pihak konservatif dan ketakutan pihak liberal, tentang arah yang kemungkinan diambil MA, jika Senat mengukuhkan calon hakim dari Presiden Donald Trump, Amy Coney Barrett untuk mengisi kursi Ginsburg.

Mengomentari permohonan banding dari mantan pegawai county (daerah setingkat kabupaten) di Kentucky yang menolak menerbitkan izin pernikahan sesama jenis, Thomas menulis, mayoritas 5-4 dalam kasus 2015 telah "membaca hak untuk pernikahan sesama jenis" ke dalam UU," meskipun hak itu tidak tercantum dalam UU.

Dia menambahkan keputusan itu "memungkinkan pengadilan dan pemerintah untuk mengecap penganut agama yang percaya bahwa pernikahan adalah antara seorang pria dan seorang perempuan, sebagai fanatik."

Thomas menyarankan MA perlu mengkaji isu tersebut karena sudah "menciptakan masalah yang hanya bisa diselesaikan oleh lembaga itu." Hingga hal itu bisa dilakukan, katanya, kasus itu akan terus menimbulkan "konsekuensi yang merusak bagi kebebasan beragama."

Pengadilan menolak banding mantan pegawai county, Kim Davis, di antara ratusan kasus yang ditolak pada Senin (5/10).

Pernyataan sepanjang empat halaman dari Thomas memicu kemarahan kelompok-kelompok pembela hak-hak kaum lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ). Alphonso David, Presiden Kampanye Hak-hak Asasi Manusia, dalam pernyataannya mengatakan bahwa Thomas dan Alito sudah "memperbarui perang mereka terhadap hak-hak LGBTQ dan kesetaraan perkawinan" ketika arah pengadilan itu "tidak menentu."

Dengan wafatnya Ginsburg dan pensiunnya Hakim Agung Kennedy pad 2018, hanya tiga dari hakim mayoritas dalam kasus pernikahan sejenis yang masih bertugas, yaitu Stephen Breyer, Sonia Sotomayor, dan Elena Kagan. [ps/ft]