Samuel Deme (46) mencatatkan sejarah saat ia menjadi penyandang tunanetra pertama di Zimbabwe yang menjadi hakim Pengadilan Tinggi negara itu. Setelah ia kehilangan penglihatannya pada usia enam tahun akibat campak, ia tidak ingin terus bergantung pada orang tuanya yang bekerja sebagai petani. Ia bekerja keras agar berprestasi di sekolah hingga akhirnya mendapatkan dua gelar sarjana hukum dari Universitas Zimbabwe. Motivasinya: rasa takut gagal dan dorongan untuk keluar dari jurang kemiskinan.
“Saya juga sadar, kalau saya tidak berprestasi di sekolah, bisa-bisa saya berakhir jadi pengemis di jalanan. Rasa takut akan masa depan itu yang menjadi dorongan besar saya untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik, untuk memastikan saya keluar dari kemiskinan,” jelasnya.
Bagi Darlington Nkomazana (27), penyandang tunanetra yang juga peneliti di Komisi Layanan Kehakiman Zimbabwe, penunjukan Deme sebagai hakim Pengadilan Tinggi menunjukkan bahwa semua orang punya kesempatan yang sama. Pencapaian Deme amat menginspirasi dan menghidupkan kembali cita-cita masa kecilnya untuk menjadi hakim.
Your browser doesn’t support HTML5
“Sebagi seorang pelopor, ia telah menunjukkan bahwa kini siapapun bisa melakukan hal yang sama. Ia membukakan jalan bagi mereka yang punya cita-cita menjadi hakim,” komentarnya.
Leonard Marange, direktur Federasi Organisasi Penyandang Disabilitas di Zimbabwe, menyebut penunjukan Deme sebagai contoh positif bagi masyarakat.
“Penunjukannya oleh pemerintah untuk menduduki posisi terhormat membuat kami sangat senang dan tentu kami ingin ada langkah lebih setelah ini. Namun ini adalah langkah yang besar ke arah yang benar. Ini adalah kemajuan luar biasa bagi kami di komunitas difabel dan sektor disabilitas,” jelas Marange.
Pencapaian itu diharapkan dapat memberi kesempatan pekerjaan yang sama bagi seluruh warga Zimbabwe terlepas dari kondisi fisik mereka. Walter Chikwana, sekretaris Komisi Layanan Kehakiman Zimbabwe, mengatakan, pemerintah akan menjamin akses keadilan bagi penyandang disabilitas seperti Hakim Deme dan Nkomazana. Chikwana menekankan bahwa penunjukan jabatan berdasarkan prestasi membuka ruang bagi kesempatan yang sama.
“Posisi keduanya bukanlah posisi yang diberikan sebagai bentuk bantuan. Itu semua karena kapasitas dan kapabilitas mereka, itu alasan mengapa mereka menduduki jabatan mereka saat ini. Dan sebagai pihak yang mempekerjakan, bagi kami yang penting adalah menyediakan lingkungan yang mendukung mereka untuk dapat bekerja dengan baik,” komentarnya.
Hakim Deme berharap suatu hari dapat menjadi Hakim Agung atau hakim Mahkamah Konstitusi. Ia berharap penunjukannya membukakan pintu bagi warga difabel lain dan menginspirasi generasi muda. Ia mengatakan, penunjukannya memperlihatkan kepada siapapun yang bercita-cita menjadi pejabat pemerintah pusat bahwa hasil tidak mengkhianati usaha. [rd/uh]