Hampir 100 Cedera, 200 Ditangkap dalam Protes di Paris

Seorang demonstran mengenakan jaket kuning bertuliskan “Macron, pencuri, pembohong, penjahat, pergi, warga mengusir Anda” dekat Champs-Elysees dalam unjuk rasa di Paris, Sabtu, 1 Desember 2018.

Hampir 100 orang, termasuk 16 polisi, cedera dan lebih dari 200 ditangkap pada Sabtu (1/12) setelah sebuah aksi protes bergulir menjadi kekerasan di Paris tengah, kata para pejabat.

Untuk pekan ketiga berturut-turut, para demonstran memadati salah satu kawasan paling terkenal di Paris, Champ Elysees. Bentrokan dengan polisi dimulai pada Sabtu dekat Arc de Triomphe dan berlanjut hingga malam hari, sementara pihak berwenang berusaha mengendalikan kerusuhan itu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan para demonstran hendak menyebarkan kekacauan dan ketidakpuasan, dan kekerasan yang mereka lakukan tidak dapat dibenarkan. Berbicara dalam konferensi pers dalam KTT G20 di Buenos Aires, dia mengatakan, akan mengadakan pertemuan para menteri senior setibanya di Perancis mengenai bagaimana cara terbaik untuk menanggapinya.

"Tidak ada alasan yang bisa membenarkan pasukan keamanan diserang, toko-toko dijarah, bangunan publik atau swasta dibakar, pejalan kaki atau wartawan diancam atau Arc de Triomphe dirusak," kata Macron.

Para pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan, menghancurkan kaca-kaca toko, mengobarkan api dan melempari polisi dengan batu, yang kemudian membalasnya dengan gas air mata, granat kejut dan meriam air. Sebagai perbandingan, sejumlah unjuk rasa lain di tempat lain di Perancis pada umumnya berlangsung damai.

Hingga sabtu siang, polisi mengatakan sedikitnya 224 orang telah ditangkap di Paris. Sedikitnya 80 orang cedera, termasuk polisi anti huru-hara, kata pihak berwenang.

Para demonstran turun ke jalan-jalan karena frustasi dengan kenaikan pajak, khususnya pajak bahan bakar minyak (BBM), dan kepemimpinan Presiden Emannuel Macron.

Banyak demonstran yang mengenakan rompi berwarna kuning terang, yang biasanya disimpan para pengemudi di Perancis di dalam mobil mereka. Demonstrasi ini kemudian dikenal sebagai demonstran “jaket kuning.”

Perdana Menteri Edouard Philippe mengatakan 5.000 polisi telah dikerahkan ke sekitar kota itu untuk membantu mengendalikan protes-protes.

Associated Press melaporkan bahwa seluruh stasiun kereta api di dan sekitar Champ Elysees telah ditutup karena alasan keamanan.
Sekitar 36.000 orang, termasuk sekitar 5.500 di Paris, melakukan aksi protes di seluruh negara itu, kata Philippe.

Aksi-aksi demonstrasi minggu lalu meningkat menjadi aksi kekerasan ketika para demonstran berkonfrontasi dengan polisi, yang mengingatkan kota itu akan pergolakan masyarakat madani pada 1968. [vm]