Kamboja, Selasa (25/7) mengonfirmasi bahwa pekerjaan di pangkalan angkatan laut yang dikhawatirkan Washington dimaksudkan untuk penggunaan militer China, hampir selesai, setelah gambar satelit menunjukkan dermaga utamanya telah dibangun.
Para pejabat AS mencurigai pangkalan Ream sedang diubah untuk digunakan oleh China, sekutu dekat Kamboja.
Kamboja telah lama membantah pangkalan di Teluk Thailand itu akan digunakan oleh kekuatan asing mana pun, namun Beijing mendanai perombakan itu. "Sudah hampir selesai. Kami akan segera meresmikannya," kata Chhum Socheat, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, kepada AFP.
"Kami telah menyatakan bahwa tidak ada pangkalan militer China di sana, kami hanya memodernisasi militer kami untuk mencapai tingkat yang mampu guna melindungi integritas teritorial kami," ujarnya.
Gambar satelit baru dari BlackSky, perusahaan citra satelit komersial AS, menunjukkan kemajuan pesat dalam pekerjaan pembangunan di lokasi tersebut selama dua tahun terakhir.
Gambar-gambar tersebut menunjukkan sebuah dermaga sepanjang 363 meter yang menjorok ke laut, menurut seorang ahli yang dikutip oleh BlackSky.
“Ada kesamaan antara dermaga air dalam yang terletak di pantai barat pangkalan Ream dan dermaga militer lain di Djibouti yang ditempati militer China,” kata Craig Singleton, pakar militer dari Foundation for Defense of Democracies, sebuah lembaga think tank keamanan di Washington DC.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja membantah klaim bahwa dermaga yang dibangun ditujukan untuk tempat berlabuhnya kapal induk. Kekhawatiran AS tentang pangkalan tersebut berawal pada tahun 2019, ketika Wall Street Journal melaporkan kesepakatan yang memungkinkan Beijing untuk merapatkan kapal-kapal perangnya di Ream.
Kamboja semakin dekat dengan China di bawah pemerintahan Hun Sen, yang partainya mengklaim kemenangan telak dalam pemilu akhir pekan lalu yang dikutuk oleh Barat sebagai tidak bebas dan tidak adil.
Presiden China Xi Jinping mengirim pesan pribadi kepada Hun Sen pada hari Selasa untuk memberi selamat kepadanya atas kemenangan pemilu itu dan berjanji untuk memperdalam hubungan lebih jauh.
Hun Sen, 70, yang telah memerintah Kamboja dengan tangan besi selama hampir empat dekade, telah mengindikasikan bahwa ia berencana untuk segera menyerahkan kekuasaan kepada putra sulungnya. [ab/uh]