Harapan Tipis atas Keberhasilan Perundingan Lanjutan Suriah

  • Al Pessin

Dua bocah Suriah berjalan di jalan yang penuh dengan puing-puing di Deir al-Zor, Suriah Timur, 6 Februari 2014 (Foto:dok)

Wakil pemerintah dan oposisi Suriah dijadwalkan bertemu untuk pembicaraan putaran kedua di Jenewa mulai hari Senin ini, tetapi berbagai kalangan tidak berharap banyak akan adanya terobosan yang dapat mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun.
Jeda selama seminggu dalam pembicaraan itu memberikan waktu bagi manuver diplomatik, termasuk kunjungan pertama pemimpin koalisi oposisi ke Moskow dan konsultasi di antara para pejabat tinggi Amerika, Rusia dan PBB.

Tapi jeda itu juga memberikan waktu bagi pemerintah Suriah untuk menggencarkan serangan terhadap daerah-daerah pemberontak, termasuk serangan bom barel mematikan terhadap warga sipil.

Pejuang pemberontak juga aktif, dan sebagian besar mereka menolak untuk secara langsung diwakili dalam negosiasi.

Karena alasan itu, Reinoud Leenders dari King’s College di London mengatakan mengimplementasikan perjanjian akan sama sulitnya dengan isu-isu yang kini tengah dihadapi.

“Bahkan jika mereka mencapai kesepakatan, akan sampai pada suatu kesepakatan berkaitan dengan bantuan kemanusiaan dan proses transisi politik, nantinya masih ada masalah tentang bagaimana meyakinkan orang-orang yang berjuang di lapangan untuk berkolaborasi,” kata Reinoud Leenders

Hal itu akan semakin sulit jika Presiden Suriah Bashar al-Assad nantinya memiliki peran apapun. Pemberontak bersikeras Assad harus mundur dan para pendukungnya di dalam negeri, plus Rusia dan Iran, bersikeras dua harus tetap berkuasa. Masalah yang tampaknya sulit ini telah menghalangi berbagai upaya untuk mengakhiri banyak konflik.

Mantan diplomat Amerika Daniel Serwer ikut merundingkan akhir perang Bosnia 20 tahun lalu melalui banyak putaran pembicaraan.

“Harapannya tinggi setiap waktu, tetapi tidak dicapai kesepakatan. Kesepakatan baru dicapai setelah adanya intervensi militer. Mungkin ada pelajaran yang bisa dipetik dari sana,”demikian kata Daniel Serwer.

Tidak ada pihak yang berbicara tentang intervensi militer di Suriah, karena intervensi militer bisa memperkuat kelompok-kelompok militan yang sudah kuat yang merupakan bagian dari oposisi.

Tanpa perubahan dramatis, Reinoud Leenders prihatin bahwa tidak akan ada perdamaian, tapi hanya pembicaraan tentang perdamaian.

“Yang dikhawatirkan adalah bahwa proses perdamaian akan menjadi pengganti solusi damai dan penyelesaian politik, dan bahwa hal ini akan berlarut-larut dalam waktu yang sangat lama,” kata Reinoud Leenders.

Masih terlalu dini untuk mengatakan demikian tentang negosiasi perdamaian Suriah. Pembicaraan kali ini baru merupakan putaran kedua dari apa yang diramalkan oleh semua orang akan menjadi pembicaraan yang sangat sulit.

Tapi mediator Lakhdar Brahimi terus menginginkan hasil yang cepat setidaknya mengenai isu-isu kemanusiaan, membangun kepercayaan dan memberikan harapan kepada orang-orang yang terjebak dalam pertempuran bahwa proses ini akhirnya bisa mengarah ke perdamaian.