Harga Minyak Naik Dipicu Komentar Saudi Tentang Kerja Sama Produksi

Seorang pekerja memperhatikan anjungan pengeboran gas milik ENI di Laut Adriatik, 6 April 2016.

Harga minyak merangkak naik, Senin (22/1), dipicu oleh komentar Arab Saudi bahwa kerja sama antara negara-negara produsen minyak, yang sekarang menahan pasokan, akan berlanjut hingga setelah 2018, Reuters melaporkan.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang kuat dan penurunan aktivitas pengeboran minyak di Amerika Serika juga turut mendorong harga minyak, kata para pedagang.

Kontrak berjangka minyak mentah Brent naik 25 sen atau 0,4 persen, menjadi 68,89 dolar per barel, dari penutupan terakhir. Brent menyentuh 70,37 dolar per barel pada 15 Januari, harga tertinggi sejak Desember 2014

Kontrak berjangka minyak Amerika, West Texas Intermediate, naik 24 sen atau 0,4 persen menjadi 63,61 dolar per barel. WTI juga sempat menyentuh 64,89 dolar per barel, pada 16 Januari, harga tertinggi sejak Desember 2014.

Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar di dunia dan pemimpin de-facto OPEC, mengatakan Minggu (22/1), bahwa negara-negara produsen minyak utama setuju mereka harus melanjutkan kerja sama pengaturan produksi minyak, setelah kesepakatan pemotongan produksi berakhir tahun ini.

Selain masalah pasokan, pertumbuhan ekonomi dunia yang menguat, juga mendorong harga minyak.

“Selama empat kuartal terakhir, dinamika pertumbuhan dunia mulai bergerak...Pertumbuhan global menjadi selaras dan melaju melebihi tren,” kata Morgan Stanley, dalam catatan akhir pekan. [fw/au]