Harga minyak melanjutkan tren penurunan yang sudah berlangsung sejak pekan lalu, Senin (28/5), di tengah rencana Arab Saudi dan Rusia untuk menaikkan produksi, Reuters melaporkan.
Rencana kenaikan produksi itu diumumkan pada saat kenaikan produksi minyak Amerika tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan.
Harga minyak berjangka Brent diperdagangkan pada $75,09 per barel, turun $1,35 atau 1,8 persen dari penutupan sebelumnya pada Senin.
Harga minyak berjangka Amerika, West Texas Intermediate (WTI), turun sebanyak $1,66 atau 2,5 persen menjadi $66,22 per barel.
Brent dan WTI sudah turun masing-masing sebanyak 6,4 persen dan 9,1 persen dari harga puncak yang sempat dicapai pada bulan ini.
Baca: Saudi, Rusia Bahas Kemungkinan Naikkan Produksi Minyak
Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan dipimpin oleh Arab Saudi sejak 2017 sudah menahan produksi untuk menaikkan harga minyak yang jatuh ke level terendah di bawah $30 per barel pada 2016. Rusia adalah salah satu produsen minyak terbesar dunia, namun bukan anggota OPEC.
Sejak kebijakan pengurangan produksi, harga minyak sudah melonjak. Bahkan Brent sempat menembus $80 per barel pada awal bulan ini hingga menimbulkan kekhawatiran tingginya harga minyak akan memicu inflasi dan menghalangi pertumbuhan ekonomi.
Untuk mengatasi potensi kekurangan pasokan, Arab Saudi dan Rusia pada Jumat (25/5), membahas kemungkinan menaikkan produksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari (bph).
“Harga minyak rontok..setelah berbagai laporan muncul bahwa Arab Saudi dan Rusia telah setuju untuk menaikkan produksi minyak di paruh kedua tahun ini untuk menutupi penurunan di tempat lain menurut perjanjian pemotongan produksi,” kata ANZ bank, Senin.
Produksi minyak Amerika yang terus bertambah juga makin menekan harga minyak. [ft/dw]