Kenaikan harga rumah di Amerika pada bulan September lalu semakin melambat karena tingkat suku bunga KPR yang lebih tinggi memangkas permintaan; demikian hasil survei yang diamati dengan seksama dan dirilis Selasa ini (29/11).
Indeks harga rumah nasional di The S&P CoreLogic Case Shiller turun 0,8% dari bulan-ke-bulan pada September lalu. Untuk pertama kali sejak akhir 2018 harga bulanan rumah turun Juli lalu.
Harga rumah naik 10,6% tahun-ke-tahun pada bulan September lalu, melambat dibanding kenaikan pada bulan Agustus yang mencapai 12,9%.
Pasar perumahan telah terpukul oleh kenaikan suku bunga Bank Sentral yang agresif, yang ditujukan untuk meredam inflasi yang tinggi dengan meredam permintaan dalam perekonomian.
BACA JUGA: Suku Bunga KPR Jangka Panjang di AS Turun Menjadi 6,61 PersenData dari Freddie Mac menunjukkan bunga tetap KPR untuk 30 tahun menembus 7% pada bulan Oktober lalu, yang pertama sejak tahun 2002. Meskipun telah turun ke tingkat rata-rata 6,58% minggu lalu, bunga KPR tetap jauh di atas rata-rata 3,10% selama periode yang sama tahun lalu.
“Ketika Bank Sentral terus menaikkan suku bunga, pembiayaan KPR akan menjadi lebih mahal dan harga rumah menjadi kurang terjangkau,” ujar Craig Lazzara, Direktur Pelaksana S&P DJI dalam sebuah pernyataan. Ditambahkannya, “mengingat prospek dalam lingkungan ekonomi makro yang terus menantang, harga rumah mungkin masih akan terus melemah.”
Data bulan ini menunjukkan penjualan rumah yang dimiliki sebelumnya mencatat penurunan untuk bulan kesembilan secara berturut-turut Oktober lalu, sedangkan pembangunan rumah dan izin konstruksi turun ke tingkat terendah sejak Mei 2020.
Sebuah laporan terpisah dari Federal Housing Finance Agency menunjukkan harga rumah pada September lalu naik tipis 0,1% setelah turun 0,7% pada bulan Agustus. Dalam 12 bulan hingga September lalu, harga rumah naik 11%. Sementara pada bulan Agustus naik 12%.
Kepercayaan Konsumen AS Bulan November Turun
Kepercayaan konsumen Amerika pada bulan November terus turun di tengah kekhawatiran akan meningkatnya biaya hidup; demikian petikan sebuah survei hari Selasa (29/11).
The Conference Board mengatakan indeks kepercayaan konsumen turun dari 102,2 pada bulan Oktober menjadi 100,2 pada bulan November ini. Sejumlah ekonom yang disurvei kantor berita Reuters memperkirakan indeks di 100,0. Namun indeks tetap di atas tingkat terendah saat pandemi Covid-19. Situasi ini lebih menekan pasar tenaga kerja yang tetap ketat. Ekspektasi konsumen akan inflasi dalam 12 bulan meningkat dari 6,9% bulan lalu, menjadi 7,2% saat ini.
“Ekspektasi inflasi meningkat ke level tertinggi sejak Juli, di mana harga BBM dan pangan menjadi penyebab utamanya,” ujar Lynn Franco, Direktur Senior Indikator Ekonomi di The Conference Board di Washington DC. “Kombinasi inflasi dan kenaikan suku bunga akan terus menimbulkan tantangan terhadap kepercayaan dan pertumbuhan ekonomi hingga awal 2023 nanti.” [em/ka]
Your browser doesn’t support HTML5