Upaya untuk menyelamatkan sekitar 270 orang dari feri penumpang yang tenggelam di Korea Selatan terhambat untuk hari ketiga, sementara harapan akan penumpang yang selamat memudar.
JINDO, KOREA SELATAN —
Buruh Pelabuhan Paengmok mencoba menghibur orangtua salah seorang anak SMU yang hilang, diyakini terperangkap dalam feri yang terbalik.
Meski sebelumnya ada laporan keberhasilan, penyelam penyelamat gagal pada upaya hari ketiga untuk mencapai penumpang dalam kapal, hanya 20 kilometer di lepas pantai. Oksigen dipompa ke kapal dengan harapan akan sampai ke orang yang selamat.
Penyelam kemudian mencoba memasuki kargo tetapi tidak mampu masuk lebih jauh, berusaha keras mengatasi reruntuhan, arus yang kuat dan air keruh.
Ratusan sukarelawan dan pekerja tanggap darurat di pelabuhan mencoba menghibur kerabat yang bingung dan marah atas minimnya kemajuan dan kesalahan informasi.
Orangtua dari orang yang hilang menuntut jalan dibuka untuk siapa saja yang mungkin diselamatkan. Pihak berwenang dengan segera memenuhi, membentuk barisan kolom polisi.
Lee Min – seok, Kapten Tim Penyelamat pada pemadam kebakaran Mokpo, mengatakan polisi ditempatkan di sana untuk mengusir massa agar pergi supaya ruas-ruas jalan cukup terbuka untuk dilalui ambulans.
Banyak orang menyadari kemungkinannya rendah penumpang kapal yang tenggelam bertahan selama ini dalam air dan jumlah mayat diperkirakan akan bertambah.
Polisi mengatakan pada hari Jumat seorang guru dari siswa-siswa itu, yang sebelumnya diselamatkan dari feri itu, tampaknya bunuh diri dan ditemukan tergantung di pohon.
Pihak berwenang menyiapkan kapal derek untuk mengangkat feri itu, tetapi kerabat menuntut mereka menunggu sampai ada kepastian bahwa tidak ada lagi penumpang yang hidup.
Tenda-tenda pemerintah, sukarelawan, dan donor serta truk-truk makanan bertebaran di sekitar pelabuhan.
Seo Joon-baek petugas pada Salvation Army mengatakan mereka menyiapkan makanan untuk sekitar 500 orang setiap hari. Mereka juga bekerja sama dengan sukarelawan lain.
Masih belum pasti apa yang menyebabkan feri seberat 6.300 ton itu tenggelam pada hari Rabu.
Nahkoda juga sedang diselidiki. Pihak berwenang Korea mengatakan nahkoda menyuruh awak lain di belakang kemudi selama bencana, dan berbagai laporan menyebutkan nahkoda itu termasuk yang lebih dulu meninggalkan kapal.
Meski sebelumnya ada laporan keberhasilan, penyelam penyelamat gagal pada upaya hari ketiga untuk mencapai penumpang dalam kapal, hanya 20 kilometer di lepas pantai. Oksigen dipompa ke kapal dengan harapan akan sampai ke orang yang selamat.
Penyelam kemudian mencoba memasuki kargo tetapi tidak mampu masuk lebih jauh, berusaha keras mengatasi reruntuhan, arus yang kuat dan air keruh.
Ratusan sukarelawan dan pekerja tanggap darurat di pelabuhan mencoba menghibur kerabat yang bingung dan marah atas minimnya kemajuan dan kesalahan informasi.
Orangtua dari orang yang hilang menuntut jalan dibuka untuk siapa saja yang mungkin diselamatkan. Pihak berwenang dengan segera memenuhi, membentuk barisan kolom polisi.
Lee Min – seok, Kapten Tim Penyelamat pada pemadam kebakaran Mokpo, mengatakan polisi ditempatkan di sana untuk mengusir massa agar pergi supaya ruas-ruas jalan cukup terbuka untuk dilalui ambulans.
Banyak orang menyadari kemungkinannya rendah penumpang kapal yang tenggelam bertahan selama ini dalam air dan jumlah mayat diperkirakan akan bertambah.
Polisi mengatakan pada hari Jumat seorang guru dari siswa-siswa itu, yang sebelumnya diselamatkan dari feri itu, tampaknya bunuh diri dan ditemukan tergantung di pohon.
Pihak berwenang menyiapkan kapal derek untuk mengangkat feri itu, tetapi kerabat menuntut mereka menunggu sampai ada kepastian bahwa tidak ada lagi penumpang yang hidup.
Tenda-tenda pemerintah, sukarelawan, dan donor serta truk-truk makanan bertebaran di sekitar pelabuhan.
Seo Joon-baek petugas pada Salvation Army mengatakan mereka menyiapkan makanan untuk sekitar 500 orang setiap hari. Mereka juga bekerja sama dengan sukarelawan lain.
Masih belum pasti apa yang menyebabkan feri seberat 6.300 ton itu tenggelam pada hari Rabu.
Nahkoda juga sedang diselidiki. Pihak berwenang Korea mengatakan nahkoda menyuruh awak lain di belakang kemudi selama bencana, dan berbagai laporan menyebutkan nahkoda itu termasuk yang lebih dulu meninggalkan kapal.