Warung Baca Lebakwangi (Warabal), di desa Pamegarsari, Parung, Bogor, berhasil menghidupkan semangat belajar warga dengan koleksi bacaan yang mencapai 8.000 buku saat ini.
DESA PARUNG, BOGOR —
Apabila Anda berkunjung ke desa Pamegarsari, Parung, Bogor, Anda dapat menemukan keceriaan wajah anak-anak di Taman Bacaan “Warabal” saat memilih-milih buku, membalik-balik halaman dan membaca buku yang ada di hadapan mereka.
Danis dan Fanny, dua orang anak pengunjung Taman Bacaan tersebut mengaku senang bisa memilih dan membaca buku-buku di tempat tersebut.
Warabal merupakan singkatan dari Warung Baca Lebakwangi. Pendirinya, Kiswanti, seorang perempuan yang hanya tamatan sekolah dasar namun sangat mencintai buku.
“Mendirikan perpustakaan itu memang cita-cita saya dari kecil. Dari kecil saya punya cita-cita pengen punya perpustakaan, yang siapapun boleh baca dan gratis,” kata Kiswanti.
Saat pertama kali datang ke desa ini tahun 1994, Kiswanti merasa prihatin dengan kondisi anak-anak di lingkungan ini yang kurang terdidik. Ia mulai menyusun koleksi buku dan majalah di teras rumahnya, dan mengajak anak-anak di lingkungannya untuk membaca buku.
Kiswanti bahkan pernah bersepeda keliling kampung, berjualan jamu sambil membawa buku-buku, untuk dipinjamkan ke warga sekitar desanya.
“Waktu itu saya punya ide gini, jamu.. jamuu.. buku.. bukuu.. Yang mau sehat minum jamu, yang mau pinter baca buku. Itu yang saya teriakkan,” tutur Kiswanti.
Kini ia tak perlu lagi berkeliling kampung dengan sepeda. Perpustakaannya tak pernah sepi didatangi warga sekitar yang ingin membaca buku.
“Kalau saya pribadi, saya memang senang buku. Saya sering minjem buku tentang karya umum, buat menambah pengetahuan kita. Dan anak-anak juga suka saya pinjemin buku seperti buku pengetahuan..Pokoknya supaya wawasan kita lebih luas aja,” kata Sulastri, warga setempat
Warabal kini telah banyak berkembang. Jika dulu hanya terdapat 180 buku, kini koleksi Taman Bacaan ini telah mencapai sekitar 8.000 buku. Sumbangan buku-buku bekas maupun baru banyak diterima dari para donatur. Bangunan awal yang dulu sederhana, kini telah berubah menjadi bangunan dua lantai.
Selain berfungsi sebagai perpustakaan, warabal kini juga menjadi tempat kegiatan belajar bagi masyarakat sekitar. Seperti pendidikan anak usia dini, pengenalan komputer dan tempat pendidikan Alquran bagi anak-anak.
Tak pernah terbayang sebelumnya oleh Kiswanti, taman bacaan yang dirintisnya akan menjadi berkembang seperti sekarang. Walau sederhana, kini Warabal berfungsi bagaikan pusat studi kecil di tengah kampung.
“Saya berharap, semua orang mendapatkan akses pendidikan sehingga mereka dapat menjadi orang-orang yang terdidik,” jelas Kiswanti.
Danis dan Fanny, dua orang anak pengunjung Taman Bacaan tersebut mengaku senang bisa memilih dan membaca buku-buku di tempat tersebut.
Warabal merupakan singkatan dari Warung Baca Lebakwangi. Pendirinya, Kiswanti, seorang perempuan yang hanya tamatan sekolah dasar namun sangat mencintai buku.
“Mendirikan perpustakaan itu memang cita-cita saya dari kecil. Dari kecil saya punya cita-cita pengen punya perpustakaan, yang siapapun boleh baca dan gratis,” kata Kiswanti.
Saat pertama kali datang ke desa ini tahun 1994, Kiswanti merasa prihatin dengan kondisi anak-anak di lingkungan ini yang kurang terdidik. Ia mulai menyusun koleksi buku dan majalah di teras rumahnya, dan mengajak anak-anak di lingkungannya untuk membaca buku.
Kiswanti bahkan pernah bersepeda keliling kampung, berjualan jamu sambil membawa buku-buku, untuk dipinjamkan ke warga sekitar desanya.
“Waktu itu saya punya ide gini, jamu.. jamuu.. buku.. bukuu.. Yang mau sehat minum jamu, yang mau pinter baca buku. Itu yang saya teriakkan,” tutur Kiswanti.
Your browser doesn’t support HTML5
Kini ia tak perlu lagi berkeliling kampung dengan sepeda. Perpustakaannya tak pernah sepi didatangi warga sekitar yang ingin membaca buku.
“Kalau saya pribadi, saya memang senang buku. Saya sering minjem buku tentang karya umum, buat menambah pengetahuan kita. Dan anak-anak juga suka saya pinjemin buku seperti buku pengetahuan..Pokoknya supaya wawasan kita lebih luas aja,” kata Sulastri, warga setempat
Warabal kini telah banyak berkembang. Jika dulu hanya terdapat 180 buku, kini koleksi Taman Bacaan ini telah mencapai sekitar 8.000 buku. Sumbangan buku-buku bekas maupun baru banyak diterima dari para donatur. Bangunan awal yang dulu sederhana, kini telah berubah menjadi bangunan dua lantai.
Selain berfungsi sebagai perpustakaan, warabal kini juga menjadi tempat kegiatan belajar bagi masyarakat sekitar. Seperti pendidikan anak usia dini, pengenalan komputer dan tempat pendidikan Alquran bagi anak-anak.
Tak pernah terbayang sebelumnya oleh Kiswanti, taman bacaan yang dirintisnya akan menjadi berkembang seperti sekarang. Walau sederhana, kini Warabal berfungsi bagaikan pusat studi kecil di tengah kampung.
“Saya berharap, semua orang mendapatkan akses pendidikan sehingga mereka dapat menjadi orang-orang yang terdidik,” jelas Kiswanti.