Hillary Clinton memberi pernyataan kepada sebuah majalah di Jerman kalau Amerika harus bisa mengikuti Jerman, di mana Angela Merkel menjadi kanselir dan memimpin pemerintahan.
BERLIN —
Dari pernyataan tersebut, tersirat keinginan Clinton yang ingin memiliki posisi seperti Merkel.
“Dibanding Jerman, kita tertinggal jauh,” ujar mantan Menteri Luar Negeri Amerika ini, dalam sebuah wawancara dari Majalah Stern yang akan terbit pada edisi Rabu nanti.
“Tentu saja saya ingin Amerika punya pemimpin wanita, dan saya akan melakukan apa saja untuk mencapai keinginan itu, walaupun belum ada kepastian apakah saya terpilih atau tidak,” ujarnya.
Hillary Clinton, mantan senator dan istri dari mantan Presiden Bill Clinton, ini diharapkan bisa menjadi presiden Amerika pada tahun 2016 nanti.
Sementara itu, Clinton memahami rasa geram yang dirasakan oleh Jerman terhadap Badan Security Amerika (NSA), yang telah menyadap pembicaraan telepon Merkel sebagai bagian dari pengawasan komunikasi elektronik di Jerman yang juga adalah sekutu dekat Amerika.
“Seperti halnya Jerman, saya pun akan ikut geram. Saya akan meminta para teman maupun negara sekutu untuk menghentikan spionase,” namun menambahkan bahwa perjanjian tanpa spionase tersebut bukan pilihan yang praktis.
“Peraturannya tidak akan fleksibel,” ujar Clinton ke Majalah Stern. “Saya rasa membuat perjanjian secara tertulis bukan hal yang tepat untuk dilakukan, dan juga tidak terlalu dibutuhkan.”
“Dibanding Jerman, kita tertinggal jauh,” ujar mantan Menteri Luar Negeri Amerika ini, dalam sebuah wawancara dari Majalah Stern yang akan terbit pada edisi Rabu nanti.
“Tentu saja saya ingin Amerika punya pemimpin wanita, dan saya akan melakukan apa saja untuk mencapai keinginan itu, walaupun belum ada kepastian apakah saya terpilih atau tidak,” ujarnya.
Hillary Clinton, mantan senator dan istri dari mantan Presiden Bill Clinton, ini diharapkan bisa menjadi presiden Amerika pada tahun 2016 nanti.
“Seperti halnya Jerman, saya pun akan ikut geram. Saya akan meminta para teman maupun negara sekutu untuk menghentikan spionase,” namun menambahkan bahwa perjanjian tanpa spionase tersebut bukan pilihan yang praktis.
“Peraturannya tidak akan fleksibel,” ujar Clinton ke Majalah Stern. “Saya rasa membuat perjanjian secara tertulis bukan hal yang tepat untuk dilakukan, dan juga tidak terlalu dibutuhkan.”