Serangan udara menarget sebuah jembatan di jalan raya yang menghubungkan kota-kota Suriah, Homs dan Hama, menurut organisasi yang memantau perang, Jumat (6/12). Saat itu pasukan pemerintah tengah bergegas mengamankan Homs setelah pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis merebut Hama dan pusat perdagangan Aleppo.
"Jet tempur melakukan beberapa serangan udara, menarget jembatan Al-Rastan di jalan raya Homs-Hama ... serta menyerang tempat-tempat di sekitar jembatan, untuk memutus jalan antara Hama dan Homs dan mengamankan Homs," menurut Syrian Observatory for Human Rights yang berpusat di Inggris.
Para pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan mereka sedikit lebih dari seminggu yang lalu, tepat saat gencatan senjata di negara tetangga Lebanon terjadi antara Israel dan sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, Hizbullah.
Untuk menahan pemberontak, Observatorium mengatakan pasukan Assad mendirikan penghalang tanah di jalan raya utara Homs, kota terbesar ketiga Suriah yang terletak hanya 40 kilometer selatan Hama.
Puluhan ribu anggota kelompok minoritas Alawite Assad melarikan diri dari Homs pada hari Kamis, karena khawatir pemberontak akan terus maju, kata Observatory sebelumnya.
Pemberontak merebut Hama pada hari Kamis setelah bentrok dengan pasukan pemerintah di jalanan, dan mengumumkan "pembebasan kota sepenuhnya" dalam sebuah pesan di akun Telegram mereka.
Pejuang pemberontak bersujud dan merayakan kemenangan mereka dengan melepaskan tembakan saat memasuki kota terbesar keempat di Suriah.
Banyak penduduk yang keluar untuk menyambut para pemberontak. Seorang fotografer AFP melihat beberapa penduduk membakar poster raksasa Assad di depan gedung balai kota.
Militer mengakui kehilangan kendali atas kota tersebut, yang secara strategis terletak di antara Aleppo dan pusat kekuasaan Assad di Damaskus.
Menteri Pertahanan Ali Abbas menegaskan bahwa penarikan pasukan adalah "tindakan taktis sementara."
"Pasukan kami masih berada di sekitar sini," katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi SANA.
'Pukulan telak'
Aron Lund, anggota lembaga pemikir Century International, menyebut kekalahan Hama sebagai "pukulan telak bagi pemerintah Suriah". Menurutnya, tentara seharusnya bisa mengalahkan pemberontak "dan mereka tidak dapat melakukannya."
Ia mengatakan HTS sekarang akan memasuki Homs, tempat yang telah ditinggalkan oleh banyak penduduknya pada hari Kamis.
Direktur Observatorium Rami Abdel Rahman melaporkan eksodus massal dari kota itu oleh anggota komunitas minoritas Alawite Assad.
Ia mengatakan puluhan ribu orang menuju ke daerah-daerah di sepanjang pantai Mediterania Suriah, tempat pengikut Alawite, bagian dari Islam Syiah, menjadi mayoritas.
"Kami takut dan khawatir apa yang terjadi di Hama akan terulang di Homs," kata seorang pegawai negeri, yang hanya menyebut namanya sebagai Abbas.
"Kami khawatir mereka (pemberontak) akan membalas dendam kepada kami," kata pria berusia 33 tahun itu.
Hingga minggu lalu, perang di Suriah sebagian besar telah berhenti selama bertahun-tahun, tetapi para analis mengatakan bahwa perang itu pasti akan berlanjut karena tidak pernah benar-benar terselesaikan.
Dalam sebuah video yang diunggah daring, pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani mengatakan bahwa para pejuangnya telah memasuki Hama untuk "membersihkan luka yang telah berlangsung di Suriah selama 40 tahun," mengacu pada tindakan keras terhadap Ikhwanul Muslimin pada tahun 1982, yang menyebabkan ribuan orang tewas.
Dalam pesan selanjutnya di Telegram, untuk pertama kalinya ia tidak menggunakan nama samaran, melainkan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa, saat mengucapkan selamat kepada "rakyat Hama atas kemenangan mereka."
Pertempuran sengit
Observatory, yang mengandalkan jaringan mereka di Suriah, mengatakan 826 orang, sebagian besar kombatan tetapi juga termasuk 111 warga sipil, telah tewas di negara itu sejak kekerasan pecah minggu lalu.
Ini menjadi pertempuran paling sengit sejak 2020 dalam perang saudara yang dipicu oleh penindasan protes pro-demokrasi pada tahun 2011.
Kunci keberhasilan pemberontak sejak dimulainya serangan minggu lalu adalah pengambilalihan Aleppo, yang dalam lebih dari satu dekade perang tidak pernah sepenuhnya lepas dari tangan pemerintah.
Meskipun pemberontak yang maju menghadapi sedikit perlawanan di awal serangan mereka, pertempuran di sekitar Hama sangat sengit.
Kantor berita Suriah, SANA, Rabu (4/12) melaporkan, Assad memerintahkan kenaikan gaji prajurit karier sebesar 50 persen, saat ia berupaya memperkuat pasukannya untuk melakukan serangan balasan.
Pemberontak berhasil memukul mundur pasukan bersenjata Suriah meskipun pemerintah telah mengirimkan "konvoi militer besar," kata Observatory.
Pemberontak melancarkan serangan mereka di Suriah utara pada 27 November, pada hari yang sama saat mulai diberlakukannya gencatan senjata dalam perang Israel dan Hizbullah di negara tetangga Lebanon.
Baik Hizbullah maupun Rusia telah menjadi pendukung penting pemerintahan Assad, tetapi telah terperosok dalam konflik mereka sendiri dalam beberapa tahun terakhir.
HTS berafiliasi pada cabang Al-Qaeda di Suriah.
Kelompok tersebut telah berupaya untuk memoderasi citranya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi para ahli mengatakan bahwa kelompok tersebut menghadapi tantangan untuk meyakinkan pemerintah Barat bahwa mereka telah sepenuhnya meninggalkan jihadisme garis keras.
Amerika Serikat menempatkan ratusan tentara di Suriah timur sebagai bagian dari koalisi yang dibentuk untuk melawan para jihadis kelompok Negara Islam. [es/dw]