Houthi Akui Serang Fasilitas Gas Alam dan Pabrik Arab Saudi

Foto dari kantor berita Saudi (SPA) menunjukkan kebakaran di salah satu fasilitas milik perusahaan minyak Saudi "Aramco" yang diduga akibat serangan Houthi-Yaman, 20 Maret 2022. (Foto: Saudi Press Agency via AP)

Kelompok pemberontak Houthi di Yaman hari Minggu (20/3) menarget fasilitas-fasilitas utama Saudi Aramco, terutama pabrik desalinasi dan gas alam di Riyadh dan Yanbu.

Juru bicara militer Houthi, Brigadir Yahya Sarie mengatakan bahwa serangan itu, yang mencakup “serangan rudal balistik dan bersayap, serta pesawat-pesawat nirawak” adalah bagian dari operasi yang lebih besar yang disebut "Mematahkan Blokade".

Ia mengatakan tahap pertama operasi itu menarget fasilitas Saudi Aramco, tetapi tahap berikutnya menarget “lokasi vital dan penting di propinsi Abha, Khamis Mushait, Jizan, Samtah dan Dhahran Al Janub.”

Ia menggambarkan serangan itu sebagai pembalasan atas “blokade dan agresi yang tidak adil terhadap rakyat kami” yang dipimpin oleh Arab Saudi.

BACA JUGA: PBB Langsungkan Konferensi untuk Kumpulkan Bantuan bagi Yaman

Menurut pihak berwenang Arab Saudi, beberapa fasilitas yang menjadi sasaran itu termasuk pabrik gas cair Aramco di Pelabuhan Laut Merah Yanbu, pembangkit listrik di barat daya negara itu, fasilitas desalinasi di Al Shaqeeq di pantai Laut Merah, fasilitas minyak Aramco di kota perbatasan selatan Jizan, dan sebuah SPBU di kota Khamis Mushait.

Serangan itu tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi merusak rumah dan kendaraan sipil.

Tingkat kerusakan infrastruktur dan fasilitas energi Arab Saudi masih belum jelas.

Perang brutal di Yaman meletus tahun 2014 setelah kelompok Houthi yang didukung Iran merebut ibu kota Sanaa, dan menyapu sebagian besar wilayah di utara.

Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya melancarkan kampanye udara yang menghancurkan pada tahun 2015 untuk mengusir kelompok Houthi dan memulihkan pemerintah yang diakui secara internasional.

Tetapi bertahun-tahun kemudian, perang telah menjadi jalan buntu yang menelan banyak korban jiwa, di mana Arab Saudi dan sekutu-sekutunya berjuang untuk membalikkan keadaan.

Hal ini menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. PBB baru-baru ini memperkirakan ratusan ribu orang telah tewas karena krisis ini. [em/lt]