Lebih dari 70 kapal minyak menjadi sasaran "kejahatan pembajakan" oleh koalisi pimpinan Saudi pada tahun 2020, kata Perusahaan Perminyakan Yaman pada hari Rabu (6/1).
Jumlah bahan bakar yang tiba di pelabuhan Hodeida tahun lalu "untuk konsumsi publik, tidak melebihi 45% dari kebutuhan sebenarnya," kata Essam al-Motawakel, juru bicara perusahaan tersebut.
Essam mengatakan, perusahaan itu harus membayar tambahan $215 juta akibat keterlambatan kapal minyak itu. Ia menambahkan, dalam beberapa kasus, kapal-kapal tanker itu ditahan lebih dari sembilan bulan.
BACA JUGA: Iran Puji Aliansi Yaman, Perkuat Tekad Lawan ASDalam konferensi pers itu, Menteri Perminyakan dan Mineral pemerintahan Houthi, Ahmed Abdullah Dars menyampaikan PBB mundur dari kesepakatan mengenai upaya "memelihara, melengkapi dan mempersiapkan" kapal tanker FSO Safer yang terlantar.
FSO Safer memuat 1,1 juta barel minyak mentah.
Pemberontak Houthi, yang menguasai daerah itu, menolak akses inspektur PBB ke kapal tersebut.
PBB memperingatkan bencana lingkungan, ekonomi dan kemanusiaan dari kapal tersebut, yang tidak dirawat selama lebih dari lima tahun.
Beberapa ahli khawatir kapal tanker itu dapat meledak atau mengalami kebocoran sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan besar-besaran pada biota laut di Laut Merah. [mg/ka]