Kelompok Houthi, yang bersekutu dengan Iran, di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal kargo milik Inggris dan serangan drone terhadap kapal perusak AS pada Kamis (22/2). Kelompok tersebut juga menarget kota pelabuhan dan resor Israel, Eilat, dengan rudal balistik dan drone.
Pernyataan perwakilan Houthi itu, yang disampaikan di situs media sosial X, muncul tak lama setelah pemimpin kelompok tersebut mengatakan pihaknya akan meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan perairan lain – termasuk dengan “senjata kapal selam” baru – untuk meniru operasi militer Israel di Jalur Gaza.
Militan Houthi telah melancarkan serangan drone dan rudal berulang kali di Laut Merah, Selat Bab al-Mandab dan Teluk Aden sejak November lalu untuk mendukung warga Palestina, sementara perang Israel-Hamas berlanjut dan jumlah korban tewas di Gaza kini telah mencapai hampir 30.000 orang.
“Operasi di Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab dan Teluk Aden berlanjut, meningkat dan efektif,” ujar Abdul Malik al-Houthi dalam pidatonya yang disiarkan televisi. Ia tidak merinci senjata kapal selam tersebut.
Serangan Houthi itu mengganggu jalur perdagangan penting di Terusan Suez yang menyumbang sekitar 12% lalu lintas maritim global. Akibat serangan tersebut, kapal-kapal terpaksa memutari Afrika, rute yang lebih panjang dan memakan biaya yang lebih mahal.
BACA JUGA: AS Lancarkan Empat Serangan Udara terhadap Rudal Anti-Kapal Houthi di YamanHouthi pada Kamis mengirim pemberitahuan resmi kepada kapal-kapal barang dan perusahaan asuransi tentang apa yang mereka sebut sebagai larangan berlayar di laut di sekitar wilayah itu bagi kapal-kapal yang terkait Israel, AS dan Inggris, dalam upaya memperkuat kampanye militer mereka.
Komunikasi yang disampaikan Houthi, yang pertama kepada industri pelayaran dan merinci larangan, datang dalam bentuk dua pemberitahuan, dikirim dari Pusat Koordinasi Operasi Kemanusiaan ke perusahaan asuransi dan pelayaran. Tujuannya, memaksa perusahaan pelayaran berkolaborasi dengan Houthi untuk menjamin keamanan kapal mereka.
Kapal milik individu atau entitas di Israel, AS, dan Inggris, atau berlayar dengan bendera tiga negara itu, dilarang berlayar di Laut Merah, Teluk Aden, dan Laut Arab, demikian isi pemberitahuan itu pada Kamis.
“Pusat Operasi Kemanusiaan didirikan di Sanaa untuk mengoordinasi perjalanan yang aman dan damai bagi kapal-kapal yang tidak ada hubungan dengan Israel,” kata seorang pejabat senior Houthi kepada kantor berita Reuters pada Kamis. [ka/jm]