Human Rights Watch atau Badan Pengawas HAM mengatakan, setelah invasi Rusia ke Ukraina, komunitas dunia pantas mendapat pujian karena menyampaikan apa yang disebut "persenjataan lengkap" dari sistem hak asasi manusia - termasuk penyelidikan oleh Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC).
Penjabat Direktur Eksekutif Human Rights Watch,Tirana Hassan mengatakan, “Kami melihat tanggapan langsung dari komunitas internasional untuk menggerakkan dukungan utama terhadap HAM, termasuk membangun mekanisme keadilan internasional, mengumpulkan bukti kejahatan perang.”
Di kota-kota seperti Bucha dan Izium, ada bukti luas bahwa tentara Rusia menyiksa, memperkosa, dan membunuh warga sipil. Dewan HAM PBB mendokumentasikan beberapa ratus pembunuhan warga sipil.
BACA JUGA: Ukraina: Kuburan Massal Ditemukan di Izium setelah Pasukan Rusia Dipukul MundurKomisaris Tinggi HAM PBB, Volker Turk mengatakan, “Dalam beberapa kasus, tentara Rusia membunuh warga sipil di tempat penahanan sementara. Lainnya dieksekusi di tempat setelah pemeriksaan keamanan, seperti di rumah, pekarangan, dan pintu rumah mereka."
Laporan tahunan Badan Pengawas HAM itu juga menyoroti pelanggaran di China, termasuk penahanan massal, penyiksaan dan kerja paksa terhadap satu juta Muslim di wilayah Xinjiang. Beijing membantah tuduhan itu. Laporan itu mengatakan, peningkatan pengawasan Dewan HAM PBB terhadap tindakan Beijing sangat menggembirakan.
BACA JUGA: Sebuah Laporan Tuduh Adanya Kerja Paksa Warga Uighur dalam Rantai Pasokan Mobil DuniaDi Iran, protes yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini setelah ditahan oleh polisi moral, berkembang menjadi demonstrasi nasional anti-pemerintah. Organisasi Pengawas HAM itu meambahkan, pembunuhan terhadap sedikitnya empat pengunjuk rasa, telah memicu tanggapan dunia yang lebih besar.
Kembali Tirana Hassan mengatakan, “Kita perlu bergerak mendukung solidaritas internasional untuk pengunjuk rasa dan harus memastikan, pemerintah di seluruh dunia meminta pertanggungjawaban para pejabat Iran.”
Your browser doesn’t support HTML5
Laporan itu mengutip meningkatnya pelanggaran HAM di Myanmar. Penulis laporan itu mengatakan, rezim di Myanmar melancarkan serangan terhadap masyarakat di seluruh negeri yang menentang kudeta militer.
Di Ethiopia, Human Rights Watch mengatakan proses perdamaian yang dipimpin Uni Afrika baru-baru ini menuai gencatan senjata yang rapuh. [ps/lt]