HRW: Serangan Israel di Gaza Tampaknya Langgar Hukum

Ledakan menerangi langit malam di Kota Gaza saat pasukan Israel menembaki daerah Palestina.

Serangan udara Israel yang menghancurkan empat gedung tinggi di Jalur Gaza selama perang Mei tampaknya melanggar hukum perang internasional, kata Human Rights Watch (HRW), Senin (23/8). Kelompok HAM internasional terkemuka itu menyerukan agar militer Israel memberikan bukti yang dapat membenarkan serangan itu.

HRW mencatat bahwa meskipun tidak ada yang terluka dalam serangan udara tersebut, serangan itu merusak bangunan-bangunan di sekitarnya, menyebabkan puluhan orang kehilangan tempat tinggal dan menghancurkan sejumlah bisnis.

“Serangan Israel yang tampaknya melanggar hukum di empat menara tinggi di Kota Gaza menyebabkan kerusakan serius dan berdampak lama bagi banyak warga Palestina yang tinggal, bekerja, berbelanja, atau mendapat manfaat dari bisnis yang berbasis di sana,'' kata Richard Weir, peneliti krisis dan konflik untuk HRW. “Militer Israel harus secara terbuka menunjukkan bukti yang menurut mereka dapat diandalkan untuk membenarkan serangan itu.''

Militer Israel tidak segera menanggapi laporan tersebut. Namun mereka menuduh Hamas menggunakan bangunan itu untuk tujuan militer dan memanfaatkan para penghuninya sebagai tameng manusia.

Ini merupakan laporan ketiga kelompok HAM yang berbasis di New York tentang perang 11 hari itu. HRW sebelumnya menuduh Israel melakukan kejahatan perang atas serangan yang menurut kelompok itu tidak memiliki target militer yang jelas tetapi menewaskan puluhan warga sipil. HRW juga mengatakan bahwa roket-roket Hamas yang ditembakkan tanpa pandang bulu ke kota-kota Israel juga merupakan kejahatan perang. Kedua belah pihak membantah tuduhan-tuduhan itu.

Seorang polisi Israel berjaga-jaga saat pria Yahudi mengunjungi Masjid Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa, selama ritual berkabung tahunan Tisha B'Av, di Kota Tua Yerusalem, 18 Juli 2021.

Perang meletus pada 10 Mei setelah Hamas menembakkan sejumlah roket ke Yerusalem untuk mendukung protes Palestina terhadap pengawasan ketat Israel atas Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam, dan ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi di lingkungan di dekatnya.

Secara keseluruhan, sekitar 260 orang tewas di Gaza, termasuk setidaknya 66 anak-anak dan 41 perempuan, menurut PBB. Hamas telah mengakui kematian 80 anggotanya, meskipun Israel mengatakan jumlah itu jauh lebih tinggi. Dua belas warga sipil, termasuk dua anak-anak, tewas di pihak Israel, bersama dengan satu tentara.

Penghancuran Israel atas gedung-gedung tinggi Palestina adalah salah satu taktik perang yang paling kontroversial. Di antara target adalah gedung al-Jalaa 12 lantai, yang ditempati kantor Associated Press. Bangunan itu juga menjadi rumah bagi puluhan keluarga.

Israel mengatakan bangunan itu digunakan oleh Hamas untuk tujuan militer, dan dalam semua kasus, mengaku telah memerintahkan para penghuninya untuk mengungsi sebelum bangunan dihancurkan sebagai langkah untuk menghindari korban sipil.

Associated Press telah meminta Israel untuk mempublikasikan bukti yang digunakannya untuk membenarkan penghancuran gedung al-Jalaa. Israel mengatakan operasi Hamas menggunakan bangunan itu untuk upaya canggih yang bertujuan mengganggu sistem pertahanan roket Kubah Besi Israel. Namun pihaknya menolak untuk membagikan informasi intelijennya, dengan mengatakan tidak ingin mengungkapkan sumber informasinya. [ab/uh]