Hubungan India-China Mencair pada 2024

  • Anjana Parischa

Perdana Menteri India Narendra Modi berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping sebelum pertemuan mereka di sela-sela KTT BRICS di Kazan, Rusia, 23 Oktober 2024. (Biro Informasi Pers India/Handout via REUTERS)

Landasan bagi mencairnya ketegangan ini dibangun oleh pertemuan antara Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT BRICS di Rusia pada Oktober.

Setelah empat setengah tahun mengalami kebuntuan militer di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan, hubungan India dan China akhirnya mencair pada 2024, dengan kedua belah pihak menarik pasukan dari dua titik rawan. Namun, para analis mengatakan rasa saling tidak percaya tetap menjadi hambatan utama untuk memulihkan hubungan bersahabat antara dua raksasa Asia tersebut.

Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyan Jaishankar, mengatakan di hadapan parlemen bulan ini bahwa penarikan pasukan tersebut telah menempatkan hubungan New Delhi-Beijing “sedikit ke arah perbaikan.”

Namun, ia menekankan pentingnya memulihkan stabilitas di wilayah perbatasan. “Kami menegaskan bahwa pemeliharaan perdamaian dan ketenangan di area perbatasan adalah prasyarat bagi perkembangan hubungan kami.”

Meskipun pasukan telah mundur dari konfrontasi langsung di wilayah sengketa, puluhan ribu tentara masih melewati musim dingin kelima di Himalaya.

Meriam dan pesawat tempur pun tetap siaga di sepanjang garis perbatasan.
“Selama empat tahun terakhir, suasana di perbatasan lebih bernuansa persiapan perang. Untuk mengubahnya menjadi penempatan masa damai, dibutuhkan penyesuaian operasional, mental, psikologis, dan struktural yang akan memakan waktu,” ujar Swaran Singh, profesor di School of International Studies, Universitas Jawaharlal Nehru, New Delhi.

BACA JUGA: India Tidak Dukung Mata Uang Bersama BRICS

Sebagian besar dari 3.488 kilometer perbatasan kedua negara belum didefinisikan secara jelas dan menjadi sengketa. Ketegangan meningkat tajam setelah bentrokan di perbatasan pada 2020 yang menewaskan 20 tentara India dan empat tentara China.

Dialog diplomatik tingkat tinggi untuk membahas sengketa perbatasan kembali digelar pekan lalu setelah lima tahun terhenti. Usai pertemuan antara Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dan Penasihat Keamanan Nasional India, Wang Yi, di Beijing, kedua pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk mencari solusi yang “adil, wajar, dan dapat diterima kedua pihak,” menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri China.

Kedua negara juga sepakat melanjutkan perjalanan peziarah India ke Tibet serta membuka kembali perdagangan lintas perbatasan melalui sebuah jalur di pegunungan.

Landasan bagi mencairnya ketegangan ini dibangun oleh pertemuan antara Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT BRICS di Rusia pada Oktober.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Li Jian, mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers pekan lalu bahwa Beijing siap bekerja sama dengan India untuk meningkatkan rasa saling percaya dan mengelola perbedaan di antara keduanya.

BACA JUGA: India Perkuat Armada Angkatan Lautnya dengan Kapal Perang Baru Buatan Rusia

Para analis di New Delhi menilai India akan bersikap hati-hati ke depan. “Masalah perbatasan adalah hal yang ingin diselesaikan India terlebih dahulu, kemudian memperluasnya menjadi normalisasi hubungan yang lebih luas dengan China,” kata Singh.

Namun, kerja sama ekonomi diperkirakan akan bergerak lebih cepat. China ingin memanfaatkan pasar India yang kian berkembang, sementara New Delhi membutuhkan lebih banyak impor dari China demi mendukung ambisi menjadi pusat manufaktur. Meski perdagangan bilateral terus berkembang di tengah krisis perbatasan, India sempat memberlakukan pembatasan investasi China dan memperketat pengeluaran visa setelah bentrokan 2020.

“Walau tidak ada yang perlu mengharapkan perubahan dramatis dalam hubungan politik, hubungan ekonomi mungkin akan berkembang jauh lebih cepat dan barangkali India akan lebih terbuka dalam membuka pasarnya atau sektor tertentu,” ujar Harsh Pant, Wakil Presiden Studi di Observer Research Foundation, New Delhi.

Menteri Luar Negeri China, Wang, meminta mitranya dari India untuk memulihkan penerbangan langsung antara kedua negara—yang sempat dihentikan selama pandemi—dan mempermudah penerbitan visa bagi warga China. Permintaan itu disampaikan dalam pertemuan di sela-sela KTT Kelompok 20 di Rio De Janeiro.

“Kepentingan bersama China dan India jauh lebih besar dibanding perbedaan mereka. Kedua pihak seharusnya melihat kemajuan masing-masing sebagai peluang,” ujar Wang kepada Jaishankar.

BACA JUGA: Sukses Uji Coba Rudal Hipersonik, India Masuk Daftar Negara Elite

Para analis mengatakan mencairnya hubungan antara India dan China—dua negara terbesar di Asia—tidak akan memengaruhi arah hubungan New Delhi dengan Washington, yang justru kian erat dalam beberapa tahun terakhir, sebagian karena kekhawatiran bersama atas sikap tegas Beijing.

Selain perbatasan di Himalaya, New Delhi juga khawatir terhadap kehadiran China yang semakin besar di Samudra Hindia—Beijing telah membangun pelabuhan di Sri Lanka, Pakistan, dan kini sedang membangun satu lagi di Myanmar.

“Baik India maupun Amerika Serikat menginginkan kawasan Indo-Pasifik yang punya tatanan tertentu: bebas, seimbang, terbuka, adil, dan inklusif. Gagasan tersebut akan terus mendorong hubungan kedua negara,” kata Pant.

India dan Amerika Serikat bekerja sama di berbagai bidang, mulai dari pertahanan hingga teknologi tinggi. Amerika Serikat juga merupakan mitra dagang terbesar bagi India.

Hubungan India dengan Washington memang sempat mengalami beberapa gesekan. Misalnya, India tidak ikut serta dalam sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap Rusia dan terus mengimpor minyak mentah dalam jumlah besar dari Moskow.

BACA JUGA: Khawatir soal Tarif, India Berharap Perkuat Hubungan Dagang dengan AS

Berbicara baru-baru ini saat peluncuran majalah kebijakan luar negeri “India’s World” di New Delhi, Jaishankar menegaskan bahwa hubungan antara India dan Amerika Serikat akan terus menguat meski tidak selalu sepaham dalam setiap isu.

“Kami melakukan pembicaraan secara terang-terangan mengenai hal-hal yang kami sepakati dan yang tidak kami sepakati,” kata Jaishankar.

Menyebut hubungan kedua negara “penting dan besar,” Jaishankar menambahkan, “Kami mempertimbangkan berbagai pembicaraan itu, tapi tetap terus memajukan hubungan secara keseluruhan.”

Para analis menilai India akan tetap sejalan dengan AS dan negara-negara Barat lainnya dalam forum seperti Quad. “Ini adalah situasi yang menguntungkan kedua belah pihak. China merupakan tantangan struktural bagi India dan Amerika Serikat.

Jadi, terlepas apakah ada krisis atau tidak, India dan Amerika Serikat akan terus memperdalam hubungan mereka,” ujar Sankalp Gurjar, asisten profesor geopolitik di Gokhale Institute of Politics and Economics. [th/ab]