Hubungan Pakistan, Afghanistan dan Iran Kunci Kestabilan di Kawasan

  • Sharon Behn

Presiden Afghanistan Hamid Karzai saat memberikan suara di pilpres Afghanistan (5/4). Masa depan Afghanistan pasca Karzai tergantung pada hubungan dengan negara tetangganya.

Menjelang pasukan internasional akan meninggalkan Afghanistan sebelum akhir tahun ini, debat di negara tetangganya yaitu Pakistan terpusat pada prospek peningkatan kerjasama antara Pakistan, Afghanistan dan Iran.
Hanya dalam delapan bulan mendatang, kloter terakhir pasukan internasional dijadwalkan meninggalkan Afghanistan dan mengakhiri perang selama 13 tahun melawan Taliban dan kelompok militan lainnya.

Para analis memperingatkan jika negara-negara tetangga Afghanistan tidak mulai bekerjasama, persaingan memperebutkan pengaruh dapat memburuk menjadi tidak langsung di negara itu.

Mushahid Hussain Sayed, kepala komisi pertahanan di Senat Pakistan, mengemukakan perang terakhir semacam itu di Afghanistan antara Pakistan dan Iran, yang mengacaukan kawasan tersebut tahun 1990an.

“Pakistan dan Iran harus menghindari melakukan kesalahan masa lalu. Waktu itu kami punya ambisi luar biasa besar. Tetapi masanya sudah berubah, banyak kenyataan baru, di Afghanistan, pemilu menunjukkan surat suara lebih kuat daripada peluru,” kata Sayed.

Tetapi karena berbagai kepentingan yang tumpang tindih dari ke-empat pemain utama di kawasan itu – Pakistan, Iran, India dan China serta Amerika – tidak jelas apakah akan segera muncul konsensus regional yang kuat dan koheren.

Rifaat Hussain, profesor kebijakan publik pada National University of Sciences and Technology, tidak optimistis.

Rifat mengatakan, “Sebagai negara yang bertetangga, Afghanistan ingin menerapkan doktrin non-intervensi. Tetapi banyaknya perkembangan di Afghanistan, terutama menguatnya pengaruh kelompok-kelompok yang saling bersaingan, tidak memungkinkan mereka menerapkan doktrin itu. Jadi non-intervensi bukan pilihan yang tepat, menurut pendapat saya.”

Tetapi dinamika kawasan itu terus berubah. Banyak perubahan itu akan tergantung pada berbagai keputusan strategis yang diambil pemimpin politik baru di Iran, Pakistan, China serta lainnya dan seusai pemilu di India dan Afghanistan.

Ada juga pertanyaan mengenai seberapa jauh Pakistan dan India serta Iran dan Amerika akan mampu mengatasi permusuhan masa lalu dan rasa tidak percaya.

Afghanistan juga menuduh Pakistan berpihak pada Taliban Afghanistan agar dapat terus memainkan peran dalam arah politik Afghanistan.

Perdamaian pada masa depan juga sangat bergantung pada kepiawaian dan kemampuan kompromi politik presiden Afghanistan mendatang. Hasil awal pemilu Afghanistan 5 April lalu mengindikasikan dua calon pemenang: mantan pejabat Bank Dunia Ashraf Ghani dan mantan menteri luar negeri Abdullah Abdullah.