Orang-orang yang selalu atau sering menghadapi kekhawatiran atau tuntutan karena pasangannya memiliki risiko kematian dua kali lipat dibandingkan mereka yang tidak.
Kekhawatiran, konflik dan tuntutan dalam hubungan dengan teman, keluarga dan tetangga dapat berkontribusi pada kematian dini, menurut sebuah studi baru di Denmark.
"Konflik terutama diasosiasikan dengan risiko kematian lebih besar tanpa melihat siapa sumber konflik," menurut penelitian tersebut. "Kekhawatiran dan tuntutan terhubung dengan risiko kematian jika terkait dengan pasangan atau anak-anak."
Para pengangguran terutama paling rentan, menurut Rikke Lund, peneliti kesehatan publik di University of Copenhagen, dan para koleganya.
Dampak perlindungan kesehatan dari dukungan jaringan sosial dan hubungan dekat dengan keluarga dan teman diakui secara luas, tulis tim Lund dalam Journal of Epidemiology and Community Health.
“Namun konsekuensi-konsekuensi kesehatan dari aspek-aspek penuh stress dari hubungan sosial, seperti konflik, kekhawatiran dan tuntutan, kurang diketahui," tulisnya.
Hasil penelitian terhadap 9.870 orang dewasa pada usia 30an, 40an dan 50an itu menunjukkan bahwa orang-orang yang selalu atau sering menghadapi kekhawatiran atau tuntutan karena pasangannya memiliki risiko kematian dua kali lipat dibandingkan mereka yang jarang menghadapi hal-hal tersebut.
Para peserta yang selalu atau sering mendapat kekhawatiran atau tuntutan dari anak-anak mereka memiliki peningkatan risiko kematian 50 persen. Konflik yang sering terjadi juga terkait dengan peningkatan risiko kematian.
Julianne Holt-Lunstad, seorang peneliti psikologi dari Brigham Young University di Provo, Utah, mengatakan seperti halnya olahraga dan makan makanan sehat baik untuk kesehatan, memupuk aspek-aspek positif dari sebuah hubungan juga dapat melindungi kesehatan.
Namun tidak berarti bahwa semua hubungan tidak sempurna harus diakhiri, ujarnya.
"Isolasi sosial juga tidak baik untuk kita. Adalah penting untuk memupuk aspek-aspek positif dibandingkan dengan memfokuskan diri untuk menjauhkan orang dari kehidupan kita," ujarnya. (Reuters)
"Konflik terutama diasosiasikan dengan risiko kematian lebih besar tanpa melihat siapa sumber konflik," menurut penelitian tersebut. "Kekhawatiran dan tuntutan terhubung dengan risiko kematian jika terkait dengan pasangan atau anak-anak."
Para pengangguran terutama paling rentan, menurut Rikke Lund, peneliti kesehatan publik di University of Copenhagen, dan para koleganya.
Dampak perlindungan kesehatan dari dukungan jaringan sosial dan hubungan dekat dengan keluarga dan teman diakui secara luas, tulis tim Lund dalam Journal of Epidemiology and Community Health.
“Namun konsekuensi-konsekuensi kesehatan dari aspek-aspek penuh stress dari hubungan sosial, seperti konflik, kekhawatiran dan tuntutan, kurang diketahui," tulisnya.
Hasil penelitian terhadap 9.870 orang dewasa pada usia 30an, 40an dan 50an itu menunjukkan bahwa orang-orang yang selalu atau sering menghadapi kekhawatiran atau tuntutan karena pasangannya memiliki risiko kematian dua kali lipat dibandingkan mereka yang jarang menghadapi hal-hal tersebut.
Para peserta yang selalu atau sering mendapat kekhawatiran atau tuntutan dari anak-anak mereka memiliki peningkatan risiko kematian 50 persen. Konflik yang sering terjadi juga terkait dengan peningkatan risiko kematian.
Julianne Holt-Lunstad, seorang peneliti psikologi dari Brigham Young University di Provo, Utah, mengatakan seperti halnya olahraga dan makan makanan sehat baik untuk kesehatan, memupuk aspek-aspek positif dari sebuah hubungan juga dapat melindungi kesehatan.
Namun tidak berarti bahwa semua hubungan tidak sempurna harus diakhiri, ujarnya.
"Isolasi sosial juga tidak baik untuk kita. Adalah penting untuk memupuk aspek-aspek positif dibandingkan dengan memfokuskan diri untuk menjauhkan orang dari kehidupan kita," ujarnya. (Reuters)