Human Rights Watch, Organisasi HAM yang berpusat di New York mengatakan bahwa situasi hak-hak perempuan di Afghanistan khususnya, sangat buruk.
ISLAMABAD —
Dalam peringatan hari HAM Internasional 10 Desember, tantangan yang dihadapi perempuan di Afghanistan masih tetap berat. Orang-orang bersenjata menembak mati seorang pejabat urusan perempuan di Afghanistan, Najia Sediqi, hanya beberapa minggu setelah menggantikan pejabat sebelumnya yang terbunuh akibat bom mobil bulan Juli lalu.
Najia Sediqi sedang dalam perjalanan ke kantornya di provinsi timur Laghman saat penembakan tersebut terjadi, Minggu (9/12). Pelaku penembakan menembak Najia dari kendaraan, yang merupakan ciri khas serangan yang dilakukan oleh Taliban. Sediqi merupakan pejabat sementara direktur bidang urusan perempuan di provinsi itu.
Jurubicara kantor gubernur Sarhadi Zawak, mengatakan Sediqi baru saja meninggalkan rumahnya di Mehtarlam saat ia diserang orang-orang bersenjata yang mengendarai sepeda motor. Jurubicara itu mengatakan pembunuh Sediqi adalah bagian dari kampanye teror pemberontak yang ditujukan pada para perempuan professional.
“Kelompok oposisi, selalu berusaha menebarkan ketakutan, dan menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja bahu-membahu dengan pemerintah akan menghadapi tantangan berat, yang akan memaksa mereka berhenti bekerja,” kata Zawak.
Menurut Human Rights Watch, situasi hak-hak perempuan di Afghanistan khususnya, sangat buruk. Organisasi HAM yang berpusat di New York itu menyebut ancaman dan serangan oleh pemberontak tersebut ditujukan pada para pemimpin perempuan, anak perempuan yang bersekolah, dan perempuan yang berusaha menghindarkan diri dari kekerasan domestik.
"Jika pemerintah Afghanistan tidak sanggup melindungi perempuan, tentu saja ini akan mengakibatkan banyak masalah terhadap perempuan, dan menyebabkan perempuan takut bekerja di luar rumah, atau aktif dilingkungannya, dan memainkan perannya secara aktif,” kata aktivis Rana Nooristani.
Kedutaan besar Amerika di Kabul mengutuk serangan tersebut dan memuji Sediqi karena dedikasinya yang kuat untuk hak-hak perempuan.
Sejak Amerika memimpin penggulingan Taliban tahun 2001, perempuan dan anak perempuan di Afghanistan telah mendapat sejumlah hak dasar mereka, termasuk bersekolah dan bekerja di luar rumah. Namun banyak yang mengkhawatirkan keberhasilan ini masih rapuh, dan bisa dikorbankan demi perdamaian sesudah pasukan internasional keluar tahun 2014.
Hari Senin, sebuah bom juga meledak di jalanan yang menewaskan kepala polisi di provinsi bagian tenggara, Nimroz. Serangan itu terjadi setelah kepala intelejen Afghanistan terlukadalam sebuah percobaan pembunuhan minggu lalu di Kabul.
Najia Sediqi sedang dalam perjalanan ke kantornya di provinsi timur Laghman saat penembakan tersebut terjadi, Minggu (9/12). Pelaku penembakan menembak Najia dari kendaraan, yang merupakan ciri khas serangan yang dilakukan oleh Taliban. Sediqi merupakan pejabat sementara direktur bidang urusan perempuan di provinsi itu.
Jurubicara kantor gubernur Sarhadi Zawak, mengatakan Sediqi baru saja meninggalkan rumahnya di Mehtarlam saat ia diserang orang-orang bersenjata yang mengendarai sepeda motor. Jurubicara itu mengatakan pembunuh Sediqi adalah bagian dari kampanye teror pemberontak yang ditujukan pada para perempuan professional.
“Kelompok oposisi, selalu berusaha menebarkan ketakutan, dan menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja bahu-membahu dengan pemerintah akan menghadapi tantangan berat, yang akan memaksa mereka berhenti bekerja,” kata Zawak.
Menurut Human Rights Watch, situasi hak-hak perempuan di Afghanistan khususnya, sangat buruk. Organisasi HAM yang berpusat di New York itu menyebut ancaman dan serangan oleh pemberontak tersebut ditujukan pada para pemimpin perempuan, anak perempuan yang bersekolah, dan perempuan yang berusaha menghindarkan diri dari kekerasan domestik.
"Jika pemerintah Afghanistan tidak sanggup melindungi perempuan, tentu saja ini akan mengakibatkan banyak masalah terhadap perempuan, dan menyebabkan perempuan takut bekerja di luar rumah, atau aktif dilingkungannya, dan memainkan perannya secara aktif,” kata aktivis Rana Nooristani.
Kedutaan besar Amerika di Kabul mengutuk serangan tersebut dan memuji Sediqi karena dedikasinya yang kuat untuk hak-hak perempuan.
Sejak Amerika memimpin penggulingan Taliban tahun 2001, perempuan dan anak perempuan di Afghanistan telah mendapat sejumlah hak dasar mereka, termasuk bersekolah dan bekerja di luar rumah. Namun banyak yang mengkhawatirkan keberhasilan ini masih rapuh, dan bisa dikorbankan demi perdamaian sesudah pasukan internasional keluar tahun 2014.
Hari Senin, sebuah bom juga meledak di jalanan yang menewaskan kepala polisi di provinsi bagian tenggara, Nimroz. Serangan itu terjadi setelah kepala intelejen Afghanistan terlukadalam sebuah percobaan pembunuhan minggu lalu di Kabul.