Laman Facebook pemimpin Kamboja Hun Sen kembali aktif, Kamis (20/7), hanya beberapa hari menjelang pemilihan umum, meskipun komisi pengawas raksasa teknologi itu telah merekomendasikan agar ia dilarang dari platform itu karena membuat ancaman kekerasan.
Perdana menteri itu sendiri tidak akan menggunakan platform itu, kata asistennya.
Hun Sen sebelumnya dikenal sebagai pengguna produktif situs media sosial paling populer di Kamboja itu. Namun ia kemudian menonaktifkan akunnya, dan mengancam akan melarang platform tersebut.
Hun Sen juga memasukkan lebih dari 20 anggota Dewan Pengawas perusahaan induk Facebook, Meta, ke daftar hitam, setelah dewan itu merekomendasikan agar akun Facebook Hun Sen ditangguhkan karena menampilkan video di mana ia mengancam akan memukuli para pesaingnya.
BACA JUGA: Pakar: Jelang Pemilu, Kamboja Semakin Bergantung pada ChinaPengaktifan kembali akun itu dilakukan Hun Sen hanya beberapa hari sebelum pemilu 23 Juli yang secara luas dianggap direkayasa karena pihak berwenang menolak pendaftaran penantang utama partai yang berkuasa. Partai Rakyat Kamboja -- partainya Hun Sen -- yang saat ini berkuasa berpeluang besar memenangkan pemilu itu secara telak.
Hun Sen memiliki sekitar 14 juta pengikut di Facebook. "Saya telah memutuskan untuk menggunakan halaman ini dan saya meminta agar tetap digunakan untuk melayani kepentingan bangsa meskipun Samdech (Hun Sen) tidak menggunakannya lagi," kata Duong Dara, pejabat pemerintah yang mengoperasikan media sosial Hun Sen, dalam sebuah pernyataannya di laman akun Facebook Hun Sen.
Pada Kamis (20/7), Duong Dara menghadirkan poster kampanye di laman Face Hun Sen, disertai dengan teks yang mendesak warga Kamboja untuk memilih partainya yang berkuasa.
Halaman Facebook Hun Sen diluncurkan pada tahun 2015 setelah lawan-lawannya, terutama pemimpin oposisi yang tinggal di pengasingan, Sam Rainsy, menggunakan platform tersebut dan berhasil menjangkau para pemilih muda.
BACA JUGA: Dewan Pengawas Meta Desak Penskorsan PM Kamboja dari FacebookItu telah dirundung oleh tuduhan bahwa sebagian besar penggemar berasal dari "peternakan klik" - jaringan pengguna palsu dan nyata yang dikendalikan oleh perantara digital yang menjual tanda suka.
Pada bulan Juni, komite pengawas platform itu merekomendasikan agar akun Facebook dan Instagram Hun Sen ditangguhkan selama enam bulan karena video yang diposkannya pada bulan Januari.
Dalam klip itu, ia memberi tahu lawan-lawan politiknya mereka akan diperkarakan di pengadilan atau menghadapi hukuman gebuk jika mereka menuduh partainya mencuri suara dalam pemilihan Juli.
Keputusan Meta untuk menghapus klip tersebut menimbulkan reaksi marah dari Hun Sen, dengan kementerian luar negerinya menggambarkan tindakan tersebut "bersifat politis". [ab/uh]