ICRC: Sistem Layanan Kesehatan, Petugas dan Pasien Kerap Jadi Target Serangan

Kendaraan van Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dalam perjalanan ke Rutshsuru, sekitar 30 km dari kota Goma, Republik Demokratik Kongo timur, 8 Mei 2012. (JUNIOR D.KANNAH / AFP)

Pembunuhan, pemerkosaan dan penganiayaan fisik termasuk serangan yang dialami para petugas kesehatan, orang-orang yang cedera dan sakit, dalam lima tahun sejak Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi pertamanya mengenai perlindungan terhadap layanan kesehatan di zona konflik dan meminta diakhirinya impunitas terhadap serangan semacam itu.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengemukakan dalam suatu pernyataan hari Senin bahwa “penyedia layanan kesehatan dan pasien telah menderita akibat ribuan serangan terhadap sistem layanan kesehatan” sejak resolusi itu ditetapkan.

Fasilitas medis dan kendaraan transportasi medis telah dijarah dan dirusak, dan jasa layanan kesehatan, seperti kampanye vaksinasi, juga telah diserang, kata ICRC.

ICRC mencatat rata-rata terjadi 3.780 serangan per tahun di 33 negara antara 2016 dan 2020, kata organisasi bantuan itu dalam pernyataannya. Dua per tiga serangan, lanjut ICRC, terjadi di Afrika dan Timur Tengah, termasuk Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Israel dan daerah-daerah pendudukan, serta Suriah. Catatan ini kemungkinan besar lebih tinggi daripada tabulasi ICRC, kata organisasi ini, karena sulitnya mengumpulkan data di zona konflik.

Kendaraan tim ICRC. (Foto: dok).

Pandemi COVID tidak menyurutkan serangan. Menurut pernyataan itu, antara Februari dan Juli 2020, ICRC “mencatat 611 insiden kekerasan terhadap petugas layanan kesehatan, pasien dan infrastruktur medis yang terkait dengan respons COVID-19, sekitar 50 persen lebih tinggi daripada rata-rata.”

“Kurang iktikad politik dan krisis yang terbayangkan berkenaan dengan perlindungan terhadap penyedia layanan kesehatan dan pasien,” kata Maciej Polkowski, ketua Prakarsa Layanan Kesehatan dalam Bahaya ICRC, yang berupaya memastikan akses aman ke layanan kesehatan dalam konflik bersenjata dan kedaruratan lainnya. “Negara-negara yang ingin melihat agenda ini maju harus memimpin dengan memberi contoh.”

Filippo Gatto, kepala perawat ICRC, yang wajahnya pernah didorong seorang militan dengan AK-47, mengatakan, masyarakat perlu memahami bahwa petugas layanan kesehatan “hadir untuk merawat semua orang dan siapa saja, putih, merah, biru, pemerintah atau bukan pemerintah.” Ia menambahkan, “Pada suatu saat akan ada giliran Anda memerlukan layanan kesehatan.” [uh/ab]