Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Novie Homenta Rampengan mengatakan 40 persen kasus gigitan anjing pembawa virus rabies dialami oleh anak-anak. Hal tersebut tak lepas dari kebiasaan anak-anak yang senang bermain dengan hewan.
"Karena anak-anak senang bermain dan bergaul dengan binatang. Sehingga ketika orang tua kurang perhatian, ia rentan diserang atau digigit binatang," jelas Novie dalam konferensi pers secara daring, Sabtu (17/6/2023).
Novie menjelaskan terdapat dua cara penularan rabies, yaitu melalui gigitan binatang yang membawa virus rabies dan nongigitan atau virus rabies masuk melalui kulit manusia yang terbuka atau terluka. Dan kasus melalui gigitan ini mencapai 95 persen dari seluruh kasus rabies yang ada. Selain itu, kata Novie, terdapat kasus penularan dikarenakan tranfer organ manusia yang terinfeksi rabies.
"Ada juga laporan sudah lama di Amerika Serikat, rabies itu menular melalui transplantasi organ sekitar tahun 1970an," tambahnya.
Menurut Novie, kasus transplantasi atau pemindahan jaringan organ di Amerika Serikat bermula ketika ada seorang pemuda yang meninggal setelah bepergian ke Thailand pada 1970an. Organ pemuda tersebut kemudian didonorkan ke 14 orang, tetapi satu persatu penerima organ meninggal. Hasil penelusuran penyebab meninggal dikarenakan pemuda tersebut terkena virus rabies.
Sementara Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan perlu ada sosialisasi tentang penyakit rabies menyusul maraknya kasus tersebut di sejumlah wilayah Indonesia. Sosialiasi dibutuhkan supaya masyarakat dan dokter bisa mengantisipasi dan menangani kasus-kasus rabies. Sebab, kata dia, penyakit rabies sudah jarang terjadi di masyarakat.
"Jangan sampai nanti ada lagi korban-korban rabies di wilayah lain. Mudah-mudahan ilmunya bisa disebarkan media agar masyarakat dan dokter menjadi aware," jelas Piprim Basarah Yanuarso.
Menurut Piprim, sudah terdapat vaksin rabies yang dapat digunakan untuk korban setelah gigitan binatang. Namun, kata dia, kunci untuk mengatasi penyakit rabies yaitu dengan pola hidup sehat dan bersih dari semua pihak.
Your browser doesn’t support HTML5
Kemenkes Catat 11 Kasus Kematian karena Rabies
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan terdapat 11 kasus kematian akibat rabies dari 31.113 kasus gigitan binatang pembawa virus rabies hingga April 2023. Data Kemenkes menyebutkan terdapat 25 provinsi yang menjadi endemis rabies, tetapi hanya delapan provinsi yang sudah bebas rabies. Provinsi tersebut adalah Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, dan Papua.
"Rabies itu tantangannya cukup besar karena gigitan hewan pembawa rabies itu rata-rata setahunnya lebih dari 80 ribu dan kematiannya rata-rata 68 orang dalam riga tahun terakhir," ujar Imran Pambudi dalam konferensi pers daring pada Jumat (2/3/2023).
Imran menambahkan dua kabupaten telah menyatakan kejadian luar biasa (KLB) rabies yaitu Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurutnya, vaksinasi terhadap hewan dengan rabies atau anjing perlu dilakukan agar rabies tidak menular ke manusia. Pada 2023, Kemenkes sudah mengadakan vaksin untuk manusia sebanyak 241.700 vial dan serumnya sebanyak 1.650 vial. Sebagian besar vaksin ini telah didistribusikan ke provinsi-provinsi.
“Di daerah-daerah juga mereka mengadakan vaksin rabies sendiri seperti Bali. Mereka punya dana untuk membeli vaksin anti rabies tidak hanya mengandalkan dari pusat," tambah Imran.
Imran menjelaskan sebagian besar kematian akibat rabies karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan. Korban merasa gigitan hewan dengan rabies hanya gigitan kecil dan tidak berdarah. [sm/ah]