IDI Rekomendasikan Pemerintah Tingkatkan Cakupan Booster COVID-19

Seorang nakes memberikan suntikan booster vaksin COVID-19 Pfizer kepada seorang pria di pusat vaksinasi di Jakarta, Selasa, 18 Januari 2022. (AP /Dita Alangkara)

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) merekomendasikan peningkatan cakupan booster COVID-19 seiring dengan pencabutan PPKM. 

Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan menyoroti cakupan vaksinasi penguat atau booster COVID-19 kesatu dan kedua yang masih rendah. Data Kementerian Kesehatan per 25 Januari 2023 menunjukkan, tingkat booster pertama baru mencapai 29,5 persen (69,2 juta dosis) sementara booster kedua 5,39 persen (1,2 juta dosis).

Your browser doesn’t support HTML5

IDI Rekomendasikan Pemerintah Tingkatkan Cakupan Booster COVID-19

Padahal, katanya,pemerintah telah mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia per 30 Desember 2022. Memperhitungkan situasi itu, IDI merekomendasikan agar pemerintah dan masyarakat bersama-sama untuk meningkatkan cakupan booster satu dan dua supaya perlindungan masyarakat dari COVID-19 semakin kuat.

Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Dr Erlina Burhan (screenshot)

"Segala kebijakan itu harus dilakukan bersama-sama dan mengajak masyarakat untuk mencapai keberhasilan," ujar Erlina Burhan secara daring, Rabu (25/1/2023).

Erlina juga mengingatkan bahwa pekembangan kasus COVID-19 terkadang tidak terduga. Ia mencontohkan China dan Jepang yang kembali terdampak COVID-19 setelah melonggarkan kebijakan pembatasan sosial. Kata dia, di China sebanyak 60 ribu warga meninggal akibat COVID-19 karena pelonggaran. Sementara itu, Jepang menjadi negara dengan kasus terkonfirmasi COVID-19 terbanyak per harinya selama satu pekan pada akhir Desember 2022.

Grafis PB IDI

"Virusnya selalu berubah atau bermutasi yang menyebabkan lonjakan kasus di beberapa negara seperti China, Jepang, Brasil, Jerman, dan Korea Selatan," tambahnya.

Selain booster, Erlina juga mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan, termasuk ketika berinteraksi dengan pendatang dari negara dengan kasus yang tinggi.Juru bicara Kemenkes Syahril Mansyur mengatakan, pemerintah memutuskan untuk memulai program booster kedua meski cakupan booster pertama masih rendah karena berupaya mencegah terjadinya lonjakan kasus baru di tanah air.

"Tiket elektronik (e-ticket) vaksinasi booster kedua akan dikeluarkan bertahap kurang lebih 40 jutaan. Sudah mulai dikirim ke masyarakat," ujar Syahril Mansyur secara daring, Selasa (25/1/2023).

BACA JUGA: Cakupan Booster COVID-19 Pertama Masih Rendah, Kemenkes Tetap Mulai Program Booster Kedua

Pemerintah menargetkan 50 persen warga akan mendapatkan booster. Karena itu, ia meminta pemerintah daerah untuk mempercepat pelaksanaan pemberian booster COVID-19.

Selain itu, kata Syahril, booster merupakan satu dari enam strategi yang disiapkan pemerintah sewaktu melakukan transisi dari pandemi menjadi endemi COVID-19. [sm/ab]