Warga Indonesia di Washington Berlebaran Pasca Bencana Kembar

  • Karlina Amkas

Tahun ini, masyarakat Indonesia di AS berlebaran sehari lebih dahulu dari rekan-rekan dan keluarga di tanah air.

Selepas gempa dan badai Irene, umat Islam Indonesia di kawasan ibukota AS, Selasa, berkumpul untuk sholat Idul Fitri berjemaah.

Suara takbir dan tahmid bergaung sejak pagi di Bohrer Park, sebuah arena olahraga yang pada hari Idul Fitri disulap menjadi tempat sholat berjemaah masyarakat Indonesia di daerah Washington, DC, dan sekitarnya.

Idul Fitri, 1 Syawal 1432 H, di Amerika jatuh pada hari Selasa (30/8) dan acara sholat berjemaah komunitas Indonesia tahun ini dihadiri sekitar 1.500 warga.

Sebagai imam dan khotib sholat Idul Fitri kali ini adalah Yahya Hendi, imam dari Georgetown University dan Pusat Medis Angkatan Laut AS. Dalam khotbahnya, Imam Yahya Hendi mengajak generasi penerus Islam asal Indonesia yang bermukim di Amerika agar bercita-cita tinggi. "Jangan hanya mimpi yang kecil-kecil. Tanamkan keyakinan bahwa kita bisa dan pasti bisa meraih cita-cita," tuturnya.

Menurut Hendi, yang pernah ke Indonesia, Ramadan telah menempa dan mengajarkan kita percaya diri bahwa kita bisa menjadi lebih baik, lebih sukses dan lebih bertakwa. Ramadan juga membekali kita untuk mampu menghadapi tantangan dan ketidakpastian.

Sholat berjemaah tahun ini berlangsung di sebuah arena olahraga yang disulap menjadi tempat sholat.

Selepas sholat, Duta Besar Indonesia untuk AS Dino Patti Djalal menyampaikan kebanggaannya karena sholat Idul Fitri bisa terlaksana dengan baik, selepas gempa dan badai Irene.

"Masyarakat Indonesia bisa menjaga semangat kekeluargaan dan suasana lebaran yang begitu tinggi," ujarnya. "Hari ini saya merasa seakan berada di Indonesia. Dan, saya bangga sekali menjadi orang Indonesia di Amerika, karena kita bisa mencerminkan kepercayaan diri sebagai Muslim yang modern dan moderat."

Mengutip khotbah Imam Yahya Hendi, Dino mengingatkan kebanggaan bangsa-bangsa lain terhadap bangsa Indonesia. "Orang Amerika pun bangga melihat Indonesia. Jadi, kita harus bersyukur dengan aset kita, dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, nilai Pancasila, dan cara kita memajukan Islam yang rahmatan lil alamiin," ujar Dino Patti Djalal.

Tak hanya warga Indonesia, warga Muslim non-Indonesia pun bergabung dengan sholat berjemaah Idul Fitri di Boehrer Park, Selasa (30/8).

Sholat berjemaah tak hanya dihadiri warga Indonesia, tapi juga warga Muslim dari kebangsaan lain. Alpha Barry asal Guinea menikmati berlebaran bersama komunitas Indonesia. Ia tinggal tidak jauh dari tempat sholat. Ia senang dengan keramahan masyarakat Indonesia dan cukup kaget karena ternyata disediakan makanan yang melimpah yang tidak ia kenal, tapi ia nikmati. Suasana ini, katanya, tidak pernah ia temukan dalam komunitasnya.

Hal sama disampaikan Hamid Jamal asal Maroko. Ia berencana ke Indonesia untuk melihat dari dekat situasi Muslim di Indonesia.

Ada pula warga Indonesia yang baru pertama kali berlebaran bersama warga Indonesia di kawasan Washington, DC. Angga Pradesha baru satu bulan tinggal di Amerika. Ini pertama kali ia berlebaran di sini. "Kaget karena saya pikir di Amerika tidak banyak orang Indonesianya, tapi ternyata pas lebaran ngumpul semua banyak juga," ujar Angga.

Tapi tidak semua yang hadir dalam sholat Idul Fitri pagi itu bersukacita. Amriyani mengaku sedih karena sudah 10 tahun tidak bisa berlebaran dengan keluarga di tanah air. Kehangatan suasana pagi itu membuatnya memutuskan akan pulang ke Indonesia sesegera mungkin.

Sholat Idul Fitri ini diselenggarakan musholla KBRI dan asosiasi Muslim Indonesia di Amerika (IMAAM). Selepas sholat, jemaah berhalal bihalal sembari diiringi alunan lagu-lagu Islami. Bagi anak-anak diadakan lomba peragaan busana.

Selayaknya berlebaran di Indonesia, selepas acara, warga Indonesia bertemu lagi di beberapa rumah warga Indonesia yang membuka rumah. Sisa hari itu mereka khususkan untuk bersilaturahmi.