Sanksi terbaru Amerika Serikat terhadap ekspor minyak Rusia, yang diumumkan Jumat lalu, berpotensi menyebabkan gangguan masif pada rantai pasokan minyak negara tersebut, menurut laporan bulanan Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) pada Rabu (15/1).
Dalam proyeksi pasar minyak terbaru, IEA, yang menjadi penasihat bagi negara-negara industri, memperkirakan pasar global tetap surplus tahun ini karena pertumbuhan pasokan tetap lebih tinggi dari permintaan.
Sanksi baru Washington yang dijatuhkan terhadap Teheran dan Moskow mencakup entitas yang mengelola lebih dari sepertiga ekspor minyak mentah kedua negara pada 2024, menurut IEA.
"Kami tetap mempertahankan perkiraan pasokan untuk kedua negara sampai dampak penuh sanksi terlihat jelas, tetapi langkah [sanksi] terbaru itu dapat menyebabkan pengetatan keseimbangan minyak mentah dan BBM," ujar IEA.
BACA JUGA: Amerika dan Jepang Perluas Sanksi terhadap RusiaPaket sanksi terbaru Washington mencakup lebih dari 160 kapal tanker yang mengangkut sekitar 22 persen ekspor minyak laut Rusia pada 2024, menurut IEA. Penunjukan kapal sebelumnya terbukti "sangat efektif, menurunkan aktivitas kapal yang ditarget hingga 90 persen," imbuh badan tersebut.
IEA menyebutkan bahwa sanksi yang lebih ketat dan cuaca dingin di belahan bumi utara melambungkan harga minyak mentah melampaui $80 per barel pada awal Januari.
Namun, IEA menyebutkan bahwa kenaikan harga dapat teredam berkat pasokan non-OPEC+ yang kuat, rencana koalisi OPEC+ untuk menghentikan pemangkasan, dan kemampuan untuk segera memanfaatkan stok cadangan jika diperlukan.
BACA JUGA: Sumber: Amerika Siapkan Sanksi Baru untuk Tanker Pengangkut Minyak RusiaIEA kini memproyeksikan pertumbuhan pasokan minyak global mencapai 1,8 juta barel per hari pada 2025, dengan produksi non-OPEC+ menyumbang sebagian besar, yakni 1,5 juta barel per hari.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak tahun ini sebesar 1,05 juta barel per hari, setelah sedikit revisi turun dari 1,1 juta barel per hari dalam laporan bulan sebelumnya.
Minyak berjangka Brent turun pada Rabu (15/1), diperdagangkan pada $79,71 per barel pukul 09.27 GMT, turun 21 sen dari penutupan sebelumnya. [ah/ft]