Setelah 8 tahun lamanya, DreamWorks kembali merilis film “Kung Fu Panda” terbaru yang ke-4 dengan menampilkan petualangan yang baru dari Po, si panda petarung kung fu. Kali ini Po yang terpilih menjadi pemimpin spiritual harus melatih prajurit yang yang baru.
Suatu hari ia dihadapi oleh Chameleon, seorang penyihir yang kuat yang berusaha mencuri kekuatan dan kemampuan kung fu dari para petarung. Po pun lalu menyadari bahwa ia memerlukan sosok pahlawan yang dapat membantunya melawan sang penyihir.
Pengulas film dan video game asal Amerika, Zach Pope yang memiliki lebih dari 48 ribu pengikut di YouTube sempat menyebut dalam ulasannya bahwa “secara keseluruhan film ini mengangkat kembali kehebatan dari “Kung Fu Panda.””
“Beberapa adegan di (film ini) menakjubkan dan itu juga merupakan animasi terbaik yang pernah ada di dalam film waralaba ini,” tambahnya lagi melalui ulasan di YouTube.
Film “Kung Fu Panda 4” kembali menggaet aktor Jack Black yang menyuarakan tokoh Po, juga sederetan aktor dan aktris lain seperti Ian McShane yang menyuarakan tokoh Tai Lung, Viola Davis, Awkwafina, dan Ke Hyu Quan.
Situs Forbes menyebut film animasi waralaba ini diprediksi meraup penghasilan lebih dari 2 miliar dolar AS di seluruh dunia, dengan pembukaan di pekan pertama yang mencapai penghasilan domestik hampir 59 juta dolar AS, melebihi film yang ke-2 dan 3.
Menurut situs Associated Press, film Kung Fu Panda 4” berhasil menduduki posisi nomor 1 di Box Office Amerika untuk pekan ke-2 di bioskop, dengan penjualan tiket yang mencapai 30 juta dolar AS.
Seniman Efek asal Surabaya
Studio DreamWorks Animation yang berlokasi di Glendale, tak jauh dari kota Los Angeles di negara bagian California terkenal lewat produksi film-film animasinya yang selalu meledak di Box Office Amerika, antara lain “How to Train Your Dragon,” “The Boss Baby,” “Abominable,” “Trolls,” “Puss in Boots,” dan film waralaba “Kung Fu Panda.”
Untuk film Kung Fu Panda 4 ini DreamWorks menggaet seniman efek atau FX (Effects) artist asal Surabaya, Yorie Kumalasari, yang sudah bergabung di perusahaan ini sejak tahun 2018 lalu. Sebagai FX artist di dunia animasi 3 dimensi, Yorie bertugas untuk menciptakan beragam efek seperti api, ledakan, asap, air, dan masih banyak lagi dalam film.
Untuk penggarapan film Kung Fu Panda yang ke-4 ini, Yorie dipercaya menjadi Effects Lead atau sebagai kepala tim, di mana total FX artist yang terlibat melebihi 40 orang.
Sebagai Effects Lead, Yorie mengerjakan proyek film ini lebih awal dari yang lain, dan dipercaya untuk mengerjakan efek dalam 5 sequence atau urutan, termasuk yang paling sulit.
“Saya yang buat effects-nya waktu Chameleon mencuri power dari Tai lung. Itu ada di trailer-nya juga,” cerita Yorie kepada VOA.
“Jadi saya yang buat set up-nya dari awal, saya dapat style frame-nya dari Art Department. Dari situ kita mulai mengerjakan, seperti apa sih jadinya di 3D? Seperti apa bisa bergerak magic-nya? Jadi dihidupkan dari satu gambar itu,” jelas perempuan kelahiran Riau tahun 1981 ini kepada VOA.
Yorie juga mengerjakan efek untuk adegan saat kelopak-kelopak bunga berjatuhan dari pohon buah persik di tempat Po melakukan meditasi.
“Aku yang (mengerjakan) beberapa adegan utama, terus artists lain yang menyelesaikan adegan lain, dengan mengunakan set-up saya itu tadi,” jelasnya.
Yorie sendiri mengaku senang bisa menciptakan efek magic atau magis dalam film, yang menurutnya memiliki tantangan tersendiri jika dibandingkan dengan penggarapan efek yang lain, seperti asap dari cerobong rumah yang bisa selesai dikerjakan dalam kurun waktu satu hingga dua hari.
“Kalau magic bisa sampai satu bulan, dua bulan. Jadi tergantung head effects yang menyebarkan tugas-tugasnya, ‘oh, siapa yang paling pintar buat magic, siapa yang pintar buat ledakan,’” ujar Yorie yang sudah berdomisili di Amerika Serikat sejak tahun 2005 ini.
Ditantang berimajinasi
Walau sudah banyak terlibat dalam penggarapan efek untuk film-film produksi DreamWorks, seperti “How to Train Your Dragon: the Hidden World,” “Abominable,” “Trolls World Tour,” “Croods 2,” dan “Puss in Boots 2,” ini adalah pertama kalinya Yorie ikut serta dalam penggarapan film “Kung Fu Panda.”
Sebagai persiapan ia pun lalu menonton film-film “Kung Fu Panda” yang sebelumnya untuk mempelajari ciri khas yang ada.
“(Film Kung Fu Panda) ada ciri khas lebih ke Chinese art, Chinese culture, (karena) ini lokasinya, ceritanya di China. Jadi banyak (pengaruh) dari kebudayaan China, seperti lukisan China, gambar-gambar symbol China, seperti itu. Kalau di film lain kan enggak ada,” kata lulusan S2 jurusan Digital Imaging and Design dari New York University di New York ini.
Yang menarik, film “Kung Fu Panda 4” ini memiliki banyak pesan tersembunyi atau kerap disebut ‘easter eggs,’ seperti simbol-simbol yang nampak pada asap atau efek magisnya atau asap yang dibuat memutar bagaikan lukisan khas China.
Yorie pun ditantang untuk menggunakan imajinasinya ketika menghidupkan gambar, sehingga terlihat menarik untuk ditonton. Sebagai Effects Lead, Yorie biasanya lalu memberikan berbagai masukan untuk efek yang akan ia buat. Namun, menurutnya imajinasinya belum tentu sama dengan imajinasi dari si penggambar adegan.
“Biasanya kita dapat gambar ya. Semua orang membayangkan itu beda-beda. Saya membayangkan, ‘oh mungkin belok-belok atau lurus’ gitu ya. Tapi orang lain, yang gambar itu, mungkin dia membayangkannya lain,” jelas lulusan S1 jurusan Teknik Ilmu Komputer dari Universitas Surabaya di Surabaya ini.
Kuncinya menurut Yorie adalah saling berkomunikasi untuk mencapai keputusan yang saling disetujui di antara berbagai pendapat yang masuk.
Tantangan yang lain yang juga Yorie hadapi adalah perubahan teknologi dan software yang digunakan untuk film kali ini, mengingat ada jeda waktu 8 tahun dari film yang sebelumnya.
“Jadi kita enggak bisa ambil setup-nya yang lama itu ke software yang baru. Itu enggak bisa jalan. Jadi kita harus mulai dari awal lagi mengikuti effect-nya supaya sama,” kata Yorie.
Terhambat Pemogokan
Proses penggarapan efek untuk film “Kung Fu Panda” ini memakan waktu 6 bulan, yang menurut Yorie cukup singkat, mengingat jadwal yang padat, karena sempat terhambat oleh pemogokan yang dilakukan oleh para sineas dan aktor Hollywood.
“Soalnya aktor-aktornya tidak boleh merekam suara. Jadi kita pakai suara-suara (temporer). Jadi animasinya agak lambat dari (departemen) atas. Dari departemen sebelum kita, animasi, baru kita buat effects-nya,” jelas perempuan yang juga pernah bekerja di Walk Disney Animation Studios ini.
Untungnya, proses pemogokan segera berakhir dan para aktor sudah mulai bisa bekerja kembali. Yorie dan timnya pun langsung kebanjiran tugas.
“Jadi animasi mulai banyak kerja, jadi kita dapat shot-shot banyak sekali,” kata Yorie yang juga pernah terlibat dalam penggarapan film “Moana” ini.
Walau perilisannya sempat akan diundur hingga Mei 2024, ternyata film ini bisa terselesaikan untuk bulan Maret ini, mengingat tidak begitu banyak film anak-anak yang dirilis.
Kerja keras Yorie dan timnya pun pun terbayarkan. Ia merasa senang dan bangga bisa menyelesaikan film ini tepat waktu, terlebih lagi ketika banyak mendapat komentar dari penonton yang melihat namanya terpampang di bagian akhir film.
“Kemarin juga banyak teman-teman di Indonesia yang nge-tag saya di Instagram atau Facebook kalau mereka sudah lihat Kung Fu Panda. Terus mengambil foto nama saya di (film). Jadi seneng banget gitu bisa hubungan dengan teman yang jauh walaupun saya di (Amerika),” ujar Yorie.
Angela Thenaria, kawan Yorie sejak TK di Riau dulu mengatakan ia benar-benar bangga dan terharu saat menonton film “Kung Fu Panda 4” ini.
“Apalagi lihat nama Yorie di credit title-nya. Dan sangat membanggakan banget, enggak hanya dia sebagai teman saya, tapi juga bangga ada orang Indonesia yang karyanya bisa sukses di Amerika. Dan efeknya keren banget,” kata Angela yang kini berdomisili di Jakarta, kepada VOA.
Sebagai tradisi biasanya DreamWorks Animation mengadakan pesta untuk merayakan perilisan film baru mereka dengan menyulap kampus DreamWorks menjadi sesuai dengan tema filmnya.
“Sehari sebelum rilis di teater kita banyak acara di kantor. Ada mainan-mainan di kampus biar dapat boneka-bonekanya “Kung Fu Panda,” terus makanan-makanan China di kafetaria, seperti dumpling. Menyenangkan!” cerita Yorie.
Setelah “Kung Fu Panda 4,” kini Yorie tengah terlibat dalam penggarapan film animasi “The Wild Robot” arahan sutradara Chris Sanders yang terkenal lewat “How to Train Your Dragon” dan “Lilo and Stich.”
Film yang diadaptasi dari novel karya Peter Brown dengan judul yang sama ini bercerita tentang petualangan robot bernama Roz yang terdampat di sebuah pulau dan berusaha beradaptasi dengan lingkungan barunya. Rencananya, “The Wild Robot” akan dirilis bulan September mendatang. [di/dw]