Setahun setelah pendukung mantan Presiden Trump menyerbu Gedung Kongres Amerika atau Capitol Hill dalam upaya membatalkan kemenangan Joe Biden dalam pilpres 2020, ratusan orang masih menunggu sidang pengadilan atas dugaan berperan dalam serbuan itu, sementara 155 lainnya mengaku bersalah. Kasus-kasus yang tertunda itu hanya satu bagian dari upaya untuk menuntut pertanggungjawaban pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Your browser doesn’t support HTML5
Setahun setelah serbuan terhadap Capitol Hill pada 6 Januari, masih belum terjawab siapa yang akhirnya bertanggung jawab atas serangan terburuk terhadap Kongres dalam dua abad?.
Banyak pendukung mantan Presiden Trump mengklaim serbuan itu bukanlah hal yang serius. Sementara para kritikus mengatakan Trump mengarahkan para pendukungnya untuk membatalkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden, yang secara efektif merusak proses demokrasi.
Perusuh berkeliaran dalam aula gedung Kongres, meningkatkan kekhawatiran akan keamanan anggota dan staf Kongres yang bersiap untuk mengesahkan kemenangan Biden. Ketua DPR Nancy Pelosi menyatakan, “Saya tidak akan pernah memaafkan presiden, mantan presiden Amerika Serikat dan antek-anteknya, para perusuh yang dia kirim ke Capitol, atas trauma yang dialami staf kami.”
BACA JUGA: Biden akan Berbicara pada Peringatan Serangan CapitolDPR Amerika bergerak cepat untuk memakzulkan Trump hanya beberapa hari pasca serangan, menuduhnya bersalah karena menghasut pemberontakan. Tetapi Senat Amerika membebaskan Trump dari tuduhan itu pada Februari 2021.
Di pengadilan Amerika, 704 orang telah didakwa pada tingkat federal dengan berbagai pelanggaran mulai dari pelanggaran ringan hingga yang lebih serius, mencakup kekerasan terhadap penegak hukum dan anggota media. Menurut peneliti, sekitar 70 hingga 80 orang yang terlibat dalam jaringan militan menghadapi tuduhan konspirasi yang lebih serius.
BACA JUGA: Trump Batalkan Konferensi Pers 6 Januari di FloridaJohn Lewis dari Pusat Kajian Ekstremisme, George Washington University mengatakan, “Ini adalah kelompok-kelompok ekstremis kekerasan domestik yang hierarkis, the Proud Boys, the Oath Keepers. "Three Percenters" juga ada di sana yang diduga tidak hanya pergi ke Capitol untuk menyimak pidato melainkan pawai protes. Ini konspirasi yang terkoordinasi mulai dari penggalangan dana, pembagian senjata, berbaris menaiki tangga menuju Capitol dalam formasi, hingga meninggalkan senjata di hotel Virginia.”
Lima orang tewas dalam kerusuhan 6 Januari itu. Pertanyaan yang masih diperdebatkan adalah apakah kerusuhan itu berkembang secara spontan atau bagian dari pemberontakan terencana yang diarahkan oleh Trump, presiden Amerika ketika itu. [ka/jm]