Sekitar satu dari lima orang – atau hampir 23 persen – pernah mengalami kekerasan atau pelecehan di tempat kerja, baik yang berbentuk fisik, psikologis maupun seksual. Temuan tersebut terungkap dalam analisis bersama terbaru yang dilakukan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Llyod’s Register Foundation (LRF) dan Gallup, ungkap Manuela Tomei, Asisten Direktur Jenderal ILO untuk Urusan Pemerintahan, Hak dan Dialog.
Survei global pertama tentang “Pengalaman Kekerasan dan Pelecehan di Tempat Kerja” memberikan pemahaman tentang luasnya masalah dan beragam bentuk tindak kekerasan dan pelecehan yang terjadi.
BACA JUGA: Bos Lembaga Amal Ceritakan Insiden Rasisme yang Dilakukan Anggota Kehormatan Rumah Tangga Kerajaan InggrisLaporan tersebut juga mengkaji faktor-faktor yang mungkin membuat orang enggan berbicara tentang pengalaman buruk mereka itu, termasuk sejumlah alasan seperti rasa malu, bersalah, atau kurangnya kepercayaan pada institusi, dan juga karena perilaku yang tidak dapat diterima itu kini telah "dinormalisasi".
Kekerasan dan pelecehan di tempat kerja sulit diukur. Laporan itu mendapati bahwa hanya separuh dari seluruh korban di dunia yang mengungkapkan pengalaman mereka pada orang lain, dan seringkali hanya setelah mengalami lebih dari satu bentuk kekerasan dan pelecehan. Alasan paling umum yang membuat orang enggan mengungkapkan hal itu adalah “membuang-buang waktu,” dan “rasa takut akan reputasi mereka.”
Perempuan (60,6 persen) lebih mungkin berbagi pengalaman yang dialami dibanding laki-laki (50,1 persen). Secara global 17,9 persen pekerja laki-laki dan perempuan mengatakan mereka pernah mengalami kekerasan dan pelecehan psikologis dalam kehidupan mereka; dan sebanyak 8,5 persen mengatakan mereka pernah menghadapi kekerasan dan pelecehan fisik – yang lebih banyak dialami laki-laki dibanding perempuan.
Kajian ILO-LRF-Gallup ini didasarkan pada wawancara di tahun 2021 dengan hampir 75.000 pekerja berusia 15 tahun atau lebih tua, di 121 negara dan wilayah yang merupakan bagian dari Llyod’s Register Foundation World Risk Poll.
Dari total responden yang disurvei itu, 6,3 persen melaporkan menghadapi kekerasan dan pelecehan seksual, terutama perempuan.
Kelompok yang paling mungkin terkena dampak berbagai jenis kekerasan dan pelecehan itu mencakup kaum muda, pekerja migran, dan perempuan dan laki-laki yang memiliki upah.
Perempuan muda dua kali lebih mungkin menghadapi kekerasan dan pelecehan seksual dibanding laki-laki muda. Sementara perempuan migran dua kali lipat lebih mungkin melaporkan kekerasan dan pelecehan seksual dibanding perempuan non-migran.
Lebih tiga dari lima korban mengatakan mereka mengalami kekerasan dan pelecehan di tempat kerja beberapa kali, dan sebagian besar insiden terjadi dalam lima tahun terakhir. [em/jm]