Ekonomi global akan mengalami tahun terburuk sejak masa krisis yang disebut Great Depression akibat pandemi virus corona. Proyeksi Dana Moneter Internasional - International Monetary Fund (IMF) itu tertuang dalam laporan World Economic Outlook yang dirilis hari Selasa.
IMF mengatakan, ekonomi dunia kemungkinan akan mengalami kontraksi 3% tahun ini, penurunan paling tajam sejak Great Depression tahun 1930-an dan jauh lebih buruk daripada kontraksi 0,1% pada masa krisis yang disebut Great Recession tahun 2009.
Ini pertama kali IMF merilis laporan sejak virus corona mewabah Desember lalu. IMF memperkirakan ekonomi global akan pulih pada 2021 dengan pertumbuhan 5,8%.
Namun, menurut IMF, potensi pemulihan itu bergantung pada berapa lama pandemi berlangsung dan bagaimana dampaknya terhadap pasar keuangan dan komoditas.
BACA JUGA: 6,6 Juta Warga AS Ajukan Tunjangan Pengangguran Minggu LaluDalam perkiraan terakhirnya Januari lalu, sebelum wabah virus corona menjadi ancaman global, lembaga pemberi pinjaman itu memperkirakan tingkat pertumbuhan moderat 3,3% tahun ini.
Pandemi virus corona kemudian mendorong penutupan wilayah atau lockdown dan penutupan bisnis secara paksa. Pandemi juga menimbulkan pembatasan perjalanan sehingga dengan cepat menghentikan perdagangan di sebagian besar dunia.
Laporan IMF itu memperkirakan kontraksi tahun ini 7,5% di 19 negara Eropa dengan mata uang tunggal, euro; 5,9% di Amerika, 5,2% di Jepang dan 6,5% di Inggris.
Di China, tempat asal wabah, IMF memperkirakan ekonomi terbesar kedua di dunia itu akan tumbuh 1,2% tahun ini karena negara itu sudah mulai membuka kembali bisnisnya, lebih dulu dibandingkan negara-negara lain.
Di Amerika, gelombang PHK maupun PHK sementara sangat besar. Perusahaan-perusahaan terus mengurangi jumlah pekerja, meskipun sebagian besar bertekad mempekerjakan mereka lagi segera setelah kondisi ekonomi pulih.
BACA JUGA: Terlalu Dini untuk Prediksi Kapan Ekonomi AS akan Bangkit LagiPerusahaan jasa online pemberi diskon, Groupon, misalnya akan mem-PHK atau merumahkan sementara sekitar 2.800 pekerja, lebih dari 40% total seluruh karyawan. Perusahaan itu, yang telah kesulitan sebelum pandemi, mengatakan mayoritas PHK akan dilakukan pada triwulan ini.
Dari pasar saham, gejolak berlanjut, pasar anjlok sejak awal pandemi, tetapi kembali naik pekan ini.
Selasa pagi, bursa saham Amerika dibuka naik, bereaksi positif atas tanda-tanda awal bahwa Gedung Putih dan sejumlah gubernur negara bagian sedang mengupayakan cara untuk secara
bertahap kembali membuka bisnis. Perusahaan-perusahaan besar juga mulai melaporkan pendapatan triwulan pertama mereka, mengungkapkan kerugian akibat wabah virus corona. [ka/jm]