Dana Moneter Internasional menghembuskan angin segar dalam laporan tahunan "World Economic Outlook 2017" yang disampaikan Selasa pagi (10/10) di sela-sela Pertemuan Tahunan Dewan Gubernur Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional di Washington DC.
Dalam laporan prospek ekonomi dunia, Ketua Ekonom IMF Maurice Obstfeld mengatakan, "Ekonomi dunia membaik dengan laju yang lebih cepat. Gambarannya jauh berbeda dibanding awal tahun lalu ketika ekonomi dunia menghadapi gejolak pasar keuangan. Kami melihat akselerasi pasar di negara-negara dengan tingkat ekonomi terbesar, yang mencakup Eropa, China, Jepang dan Amerika; demikian pula negara-negara berkembang di Asia. Proyeksi terbaru ekonomi dunia adalah 3,6% pada tahun 2017 ini dan 3,8% pada tahun 2018 mendatang. Dalam kedua proyeksi itu ada kenaikan 0,1% dibanding perkiraan sebelumnya, jauh dibanding pertumbuhan ekonomi global tahun 2016 yaitu 3,2% atau yang paling lambat sejak krisis keuangan global."
Pemulihan ini dinilai sangat baik mengingat tahun lalu ekonomi dunia masih mengalami perlambatan pasca resesi besar tahun 2007-2009 dan krisis utang di Eropa. Pemulihan sebaik ini terakhir kali terjadi pada tahun 2010, ujar Obstfeld.
Lebih jauh dipaparkan bahwa ekonomi tiga per empat negara di dunia kini untuk pertama kalinya mengalami pemulihan. Tingkat ekonomi di Amerika, 19 negara yang tergabung dalam Eurozone, Jepang dan China bahkan diperkirakan tumbuh lebih cepat tahun ini. Demikian pula dengan tingkat perdagangan, yang tumbuh 4,2% tahun ini atau berarti yang terbaik dalam enam tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi Amerika tahun ini diperkirakan mencapai 2,2% atau jauh lebih baik dibanding tahun 2016 lalu yang hanya mencapai 1,5%. Namun menurut Obstfeld, angka itu baru mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang sehat pada paruh pertama tahun 2017 saja.
Bagaimana dengan Indonesia?
Ditemui VOA sesuai menyampaikan laporan itu, Maurice Obstfeld mengatakan Indonesia telah melakukan reformasi ekonomi yang mengesankan, meskipun banyak hal yang masih harus dilakukan.
"Para pengambil kebijakan ekonomi harus terus melakukan reformasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut saya ini memang beresiko, tetapi ini merupakan kesempatan yang unik dan belum pernah kita alami dalam sepuluh tahun terakhir ini dimana ada pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, termasuk di Indonesia. Indonesia telah membuat reformasi ekonomi yang sangat mengesankan, tetapi masih banyak yang harus dilakukan. Yaitu dalam hal memperluas jaring pengaman sosial, meningkatkan pendapatan pemerintah, dan menyesuaikan dengan turunnya harga komoditas dunia. Kini saatnya membuat keputusan yang sulit. Jangan menunggu hingga datang krisis baru," jelas Maurice.
Dalam paparan "World Economic Outlook 2017", IMF menyatakan catatan khusus untuk Indonesia itu dibuat berdasarkan reformasi pemerintahan dan kebijakan perpajakan yang moderat, reformasi subsidi harga BBM yang diberlakukan pada tahun 2015, dan peningkatan anggaran pembangunan dan program sosial secara bertahap selama jangka menengah, yang sesuai dengan kebijakan fiskal.
IMF dijadwalkan akan mengeluarkan Laporan Stabilitas Keuangan Global atau Global Financial Stability Report pada hari Rabu (11/10). [em/al]