Sebuah kelompok penekan Myanmar mendesak India agar menghentikan penjualan senjata kepada militer negara mereka yang dikoyak perang dan meminta sekutu Baratnya, terutama Swedia dan Amerika Serikat, untuk bergabung dalam seruan tersebut.
Perdana Menteri India Narendra Modi melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya ke AS minggu lalu. Kedua negara adalah anggota aliansi Quad, bersama dengan Australia dan Jepang, yang secara luas dipandang bekerja untuk mengimbangi pengaruh semakin besar China di Asia Pasifik.
Kelompok penekan, Justice for Myanmar (“Keadilan untuk Myanmar”), mengatakan penelitiannya telah menemukan bagian-bagian senjata yang dibuat di India tetapi desain Swedia dikirim ke Myanmar, bahkan setelah kudeta militer tahun 2021 yang menggulingkan pemerintahan terpilih negara itu.
Pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa menuduh militer Myanmar melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang selagi memerangi perlawanan bersenjata, membunuh ribuan warga sipil dan menggusur lebih dari 1,5 juta orang di seluruh negeri.
BACA JUGA: Junta Myanmar Tingkatkan Serangan Udara terhadap PerlawananSementara AS, Uni Eropa, dan lainnya telah memberlakukan embargo senjata di Myanmar, India, yang berbagi perbatasan sepanjang 1.600 kilometer dengan negara tersebut, tetap menjadi salah satu dari sedikit pemasok bagi rezim militer Myanmar.
“Ekspor senjata India dan barang dan teknologi sangat penting bagi militer Myanmar dan memungkinkannya untuk terus melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata juru bicara Justice for Myanmar Yadanar Maung kepada VOA.
Dia mengatakan pengiriman terbaru India membuatnya “lebih terlibat” dan mendesak sekutu Quad-nya untuk “meningkatkan dan mulai menggunakan pengaruh masing-masing untuk menghentikan dukungan menjijikkan India untuk junta Myanmar.” [lt/ka]