Lima tersangka dalam pemerkosaan brutal beramai-ramai di ibukota India tampil di pengadilan jalur cepat untuk memulai persidangan yang tertutup untuk umum, Kamis (24/1).
NEW DELHI —
Persidangan itu dimulai sehari setelah sebuah komisi pemerintah mengeluarkan rekomendasi untuk merombak sistem peradilan India dalam menangani kejahatan terhadap perempuan.
Tidak seperti kehadiran mereka sebelumnya di pengadilan, awal persidangan tersangka pemerkosaan dan pembunuhan itu dimulai di New Delhi dengan hanya sedikit liputan media, karena sidang yang tertutup untuk umum.
Enam orang, termasuk seorang remaja, dituduh secara brutal memukuli dan memperkosa beramai-ramai seorang mahasiswi setelah ia naik bus di New Delhi dengan teman laki-lakinya pada tanggal 16 Desember. Perempuan 23 tahun itu kemudian diterbangkan ke rumah sakit di Singapura untuk perawatan dan meninggal dua minggu kemudian setelah mengalami luka dalam yang parah.
Fakta yang memungkinkan jaksa bisa menyidangkan mereka Kamis, begitu cepat setelah terjadinya peristiwa pemerkosaan itu, adalah yang pertama di India di mana bisa diperlukan waktu bertahun-tahun untuk disidangkannya sebuah tindak kejahatan. Pengadilan jalur cepat itu diciptakan langsung dalam menanggapi apa yang oleh banyak orang di India dipandang sebagai kegagalan dalam sistem peradilan negara itu.
Sudha Sundaraman dari Asosiasi Perempuan Demokrat India, mengatakan, “ Ini menyusul kasus yang menyatukan seluruh bangsa dan membangkitkan kesadaran masyarakat. Saya berpendapat bahwa pemerintah harus mendengarkan suara dan keprihatinan masyarakat itu.”
Sebuah komisi yang ditunjuk pemerintah mengeluarkan laporan yang penuh kritikan hari Rabu menyoroti kegagalan sistem penegakan hukum dalam melindungi perempuan dari kekerasan dan pelecehan.
Bertindak atas ribuan saran dari masyarakat dan aktivis HAM, komisi itu meminta polisi untuk mendaftarkan setiap dan semua kasus perkosaan dan mengatakan persidangannya harus dilaksanakan segera. Komisi itu menyarankan bahwa mengikuti dan mengintip seseorang, dan bentuk-bentuk pelecehan seksual lainnya dapat dihukum dengan hukuman penjara.
Sementara aktivis Sundaraman memuji laporan komisi itu sebagai langkah yang benar, ia mengakui bahwa perubahan yang sejati harus datang dari masyarakat secara keseluruhan dan bahwa ia harus mengikuti nalurinya sendiri untuk memastikan keselamatan dirinya. “Jika saya kembali dari suatu tempat larut malam dengan kereta api, maka saya merasa tidak begitu aman,” katanya.
Ini adalah sentimen yang dirasakan bersama oleh banyak perempuan di New Delhi, yang berharap bahwa sejumlah perubahan bisa datang dari tragedi mengerikan itu.
Tidak seperti kehadiran mereka sebelumnya di pengadilan, awal persidangan tersangka pemerkosaan dan pembunuhan itu dimulai di New Delhi dengan hanya sedikit liputan media, karena sidang yang tertutup untuk umum.
Enam orang, termasuk seorang remaja, dituduh secara brutal memukuli dan memperkosa beramai-ramai seorang mahasiswi setelah ia naik bus di New Delhi dengan teman laki-lakinya pada tanggal 16 Desember. Perempuan 23 tahun itu kemudian diterbangkan ke rumah sakit di Singapura untuk perawatan dan meninggal dua minggu kemudian setelah mengalami luka dalam yang parah.
Fakta yang memungkinkan jaksa bisa menyidangkan mereka Kamis, begitu cepat setelah terjadinya peristiwa pemerkosaan itu, adalah yang pertama di India di mana bisa diperlukan waktu bertahun-tahun untuk disidangkannya sebuah tindak kejahatan. Pengadilan jalur cepat itu diciptakan langsung dalam menanggapi apa yang oleh banyak orang di India dipandang sebagai kegagalan dalam sistem peradilan negara itu.
Sudha Sundaraman dari Asosiasi Perempuan Demokrat India, mengatakan, “ Ini menyusul kasus yang menyatukan seluruh bangsa dan membangkitkan kesadaran masyarakat. Saya berpendapat bahwa pemerintah harus mendengarkan suara dan keprihatinan masyarakat itu.”
Sebuah komisi yang ditunjuk pemerintah mengeluarkan laporan yang penuh kritikan hari Rabu menyoroti kegagalan sistem penegakan hukum dalam melindungi perempuan dari kekerasan dan pelecehan.
Bertindak atas ribuan saran dari masyarakat dan aktivis HAM, komisi itu meminta polisi untuk mendaftarkan setiap dan semua kasus perkosaan dan mengatakan persidangannya harus dilaksanakan segera. Komisi itu menyarankan bahwa mengikuti dan mengintip seseorang, dan bentuk-bentuk pelecehan seksual lainnya dapat dihukum dengan hukuman penjara.
Sementara aktivis Sundaraman memuji laporan komisi itu sebagai langkah yang benar, ia mengakui bahwa perubahan yang sejati harus datang dari masyarakat secara keseluruhan dan bahwa ia harus mengikuti nalurinya sendiri untuk memastikan keselamatan dirinya. “Jika saya kembali dari suatu tempat larut malam dengan kereta api, maka saya merasa tidak begitu aman,” katanya.
Ini adalah sentimen yang dirasakan bersama oleh banyak perempuan di New Delhi, yang berharap bahwa sejumlah perubahan bisa datang dari tragedi mengerikan itu.