Dua negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia - India dan Tiongkok - telah mencari jalan untuk mempererat hubungan ekonomi, sambil berjuang melawan perlambatan global.
NEW DELHI —
Menutup dialog strategis ekonomi kedua di New Delhi, Senin, para pejabat India dan Tiongkok menandatangani kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang seperti hubungan kereta api, energi, perlindungan lingkungan, dan teknologi informasi.
Pejabat India dan Tiongkok juga sepakat untuk mengkoordinasikan strategi di bidang kepentingan umum seperti reformasi sistem moneter dan keuangan internasional dan perubahan iklim.
Kedua negara mengatakan hal itu penting untuk meningkatkan kerjasama ekonomi mereka dalam situasi ekonomi global saat ini.
Kepala delegasi India, Montek Singh Ahluwalia, menekankan perlunya membuat perdagangan lebih seimbang.
Alka Acharya, profesor kajian Tiongkok di Jawaharlal Nehru University, New Delhi, mengatakan kedua negara ingin memperluas hubungan ekonomi mereka.
"Kami ingin melakukan investasi bersama, usaha patungan, dan lebih banyak investasi oleh Tiongkok dalam infrastruktur dan bagaimana kita benar-benar membuat perdagangan lebih komprehensif daripada sekarang. Ini jelas menjadi prioritas," kata Ahluwalia.
India menginginkan akses pasar yang lebih besar di bidang-bidang seperti jasa, informasi teknologi dan farmasi – di mana perusahaan-perusahaan India memiliki keunggulan yang kuat.
Tiongkok ingin India memberikan kemudahan kepada para pekerja Tiongkok dalam mendapatkan visa.
Meskipun hubungan ekonomi keduanya berkembang, permasalahan atas sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama terus mengganggu negara-negara yang bertetangga di Asia itu.
India mengklaim wilayah Himalaya sepanjang 16.000 km persegi yang dikuasai Tiongkok, sementara Beijing mengklaim negara bagian India Arunachal Pradesh, yang berdampingan dengan Tibet.
Hari-hari sebelum dialog ekonomi diadakan, India mulai mengeluarkan visa untuk pengunjung dari Tiongkok dengan peta yang menunjukkan dua wilayah yang disengketakan sebagai miliknya.
Ini adalah tindakan balasan India terhadap Tiongkok, yang menunjukkan daerah yang disengketakan sebagai bagian dari wilayah Tiongkok dalam paspor yang baru diterbitkan.
Kedua negara telah gagal menyelesaikan sengketa perbatasan meskipun telah terjadi 15 putaran pembicaraan.
Namun, hubungan ekonomi mereka yang berkembang diharapkan membantu menjaga kestabilan hubungan antara raksasa ekonomi Asia itu dalam tahun-tahun mendatang.
Pejabat India dan Tiongkok juga sepakat untuk mengkoordinasikan strategi di bidang kepentingan umum seperti reformasi sistem moneter dan keuangan internasional dan perubahan iklim.
Kedua negara mengatakan hal itu penting untuk meningkatkan kerjasama ekonomi mereka dalam situasi ekonomi global saat ini.
Kepala delegasi India, Montek Singh Ahluwalia, menekankan perlunya membuat perdagangan lebih seimbang.
Alka Acharya, profesor kajian Tiongkok di Jawaharlal Nehru University, New Delhi, mengatakan kedua negara ingin memperluas hubungan ekonomi mereka.
"Kami ingin melakukan investasi bersama, usaha patungan, dan lebih banyak investasi oleh Tiongkok dalam infrastruktur dan bagaimana kita benar-benar membuat perdagangan lebih komprehensif daripada sekarang. Ini jelas menjadi prioritas," kata Ahluwalia.
India menginginkan akses pasar yang lebih besar di bidang-bidang seperti jasa, informasi teknologi dan farmasi – di mana perusahaan-perusahaan India memiliki keunggulan yang kuat.
Tiongkok ingin India memberikan kemudahan kepada para pekerja Tiongkok dalam mendapatkan visa.
Meskipun hubungan ekonomi keduanya berkembang, permasalahan atas sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama terus mengganggu negara-negara yang bertetangga di Asia itu.
India mengklaim wilayah Himalaya sepanjang 16.000 km persegi yang dikuasai Tiongkok, sementara Beijing mengklaim negara bagian India Arunachal Pradesh, yang berdampingan dengan Tibet.
Hari-hari sebelum dialog ekonomi diadakan, India mulai mengeluarkan visa untuk pengunjung dari Tiongkok dengan peta yang menunjukkan dua wilayah yang disengketakan sebagai miliknya.
Ini adalah tindakan balasan India terhadap Tiongkok, yang menunjukkan daerah yang disengketakan sebagai bagian dari wilayah Tiongkok dalam paspor yang baru diterbitkan.
Kedua negara telah gagal menyelesaikan sengketa perbatasan meskipun telah terjadi 15 putaran pembicaraan.
Namun, hubungan ekonomi mereka yang berkembang diharapkan membantu menjaga kestabilan hubungan antara raksasa ekonomi Asia itu dalam tahun-tahun mendatang.