Indonesia akan secara agresif mengadakan pembicaraan mengenai perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara seperti Korea Selatan dan tiga negara Wilayah Ekonomi Eropa (EEA), dalam langkah terbaru untuk meningkatkan ekspor, menurut seorang pejabat pemerintah Senin (20/4).
Ekspor-ekspor dari Indonesia telah terpukul jatuhnya harga komoditas. Pada Maret, ekspor-ekspor turun 9,75 persen dari tahun lalu, jatuh selama bulan keenam berturut-turut.
Rizal Affandi Lukman, Wakil Menteri Koordinasi bidang Perekonomian untuk kerjasama internasional, mengatakan pemerintah mencari cara-cara untuk mempercepat pembicaraan mengenai perjanjian-perjanjian perdagangan bebas dengan Korea Selatan dan Norwegia, Islandia dan Liechtenstein.
"Kami telah bernegosiasi dengan Korea Selatan selama dua tahun dan menghabiskan kira-kira waktu yang sama dengan EEA-EFTA (Perjanjian Perdagangan Bebas Eropa). Sekarang kami ingin mempercepat segala sesuatunya lebih agresif dan melakukan lebih banyak negosiasi," ujar Rizal, di sela-sela Forum Ekonomi Dunia-Asia Timur.
Indonesia telah memulai pra-negosiasi mengenai apa yang disebut perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan Australia dan juga memiliki beberapa kelompok studi gabungan mengenai perdagangan bebas dengan Uni Eropa, Chile, Turki, Tunisia dan Mesir.
Rizal mengatakan Indonesia juga akan memulai kelompok studi gabungan dengan Rusia.
Namun ia menambahkan Jakarta belum memulai pembicaraan dengan Amerika Serikat dan belum memutuskan mengenai Kemitraan Trans-Pasifik yang dipimpin AS.