Indonesia Berisiko Alami Kemunduran dalam Perlindungan Hutan

Kristoci masu ra'ayin 'yan mazan jiya na kasar Rasha sun yi bukin Krisimeti. 

Indonesia telah membuat "kemajuan baik" dalam perencanaan perlindungan hutan, namun pergantian pemerintahan dan kelemahan hukum memberikan risiko serius.

Brazil memiliki kemajuan yang baik dalam menjaga hutan hujan Amazon, namun rencana-rencana Indonesia untuk hutan dapat menghadapi kemunduran di bawah pemerintahan baru, menurut laporan dari donor hutan teratas dari Norwegia, Senin (18/8).

Norwegia, yang kaya akan minyak dan gas lepas pantai, membayar 10,3 miliar crown (US$1,7 miliar) untuk memperlambat penggundulan hutan tropis dari 2008-2013, menurut laporan dari Badan Kerjasama Pembangunan Norwegia (Norad) yang didanai pemerintah.

"Tingkat penggundulan hutan Brazil dan emisi gas rumah kaca akibatnya telah menurun secara kuat," menurut laporan tersebut mengenai kemajuan dalam melindungi Amazon, hutan tropis terbesar.

Proyek-proyek yang didanai oleh uang Norwegia di Brazil "membuka jalan bagi pengurangan di masa depan," menurutnya.

Norwegia telah membayar Brazil $720 juta untuk membantu program-program domestik, menurut laporan tersebut. Norwegia menjanjikan akan menaikkan dana sampai $1 miliar pada 2008 untuk memperlambat deforestasi di Brazil, tergantung dari kinerjanya.

Dengan skema yang sama pada 2010, Norwegia menjanjikan sampai $1 miliar untuk Indonesia, yang memiliki hutan hujan terbesar ketiga setelah Amazon dan Kongo dan telah membuka lahan-lahan yang luas untuk membuat perkebunan kelapa sawit.

Indonesia telah membuat "kemajuan baik" dalam perencanaan perlindungan hutan, menurut Norad, namun "perubahan pemerintahan yang akan datang dan kelemahan-kelemahan dalam sisi hukum" untuk perlindungan hutan "memberikan risiko serius bahwa pencapaian-pencapaian bisa hilang."

Menurut Ida Hellmark, yang menkoordinasikan laporan di Norad, "mungkin ada prioritas-prioritas baru" dalam pemerintahan yang akan datang, menunjuk pada risiko-risiko pergeseran lebih jauh untuk perkebunan kelapa sawit.

Sejauh ini, Indonesia baru mendapatkan 2 persen dari pembayaran total Norwegia, ujar Norad.

Uang yang dijanjikan Norwegia mencakup lebih dari 60 persen semua dana yang dijanjikan negara-negara kaya terkait hutan dan perubahan iklim, menurut laporan Norad. Uang Norwegia juga telah disalurkan pada lembaga-lembaga internasional dan negara-negara seperti Guyana dan Tanzania.

Dag Hareide, kepala kelompok lingkungan hidup Rainforest Foundation Norway, mengatakan dana Norwegia telah membantu memberikan fokus pada hilangnya hutan dan perubahan iklim ketika banyak donor menghadapi pengetatan anggaran dalam negeri.

Meski demikian, ia mengatakan Norwegia dapat berbuat lebih, terutama dalam menjamin bahwa dana abadi $880 miliar tidak ditanamkan dalam perusahaan-perusahaan yang memicu deforestasi. (Reuters)