Infrastruktur dan bandara di Indonesia akan dikembangkan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya serta ada peningkatan standar pelayanan.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, pada Selasa (26/6/2012) mengatakan, Amerika Serikat dan Indonesia akan melakukan pembenahan infrastruktur seperti pengembangan bandar udara (bandara) di Indonesia melalui program kemitraan komprehensif antara dua negara.
“Kami akan fokus membawa perusahaan-perusahaan terbaik dalam industri penerbangan di Amerika Serikat untuk datang ke Indonesia, tidak hanya untuk menciptakan peluang-peluang bisnis baru tetapi juga membantu Indonesia mencapai tujuan, dengan cepat melanjutkan pembangunan infrastruktur penerbangan,” ujar Marciel saat membuka lokakarya Global Airports Indonesia 2012.
Berlangsung selama dua hari, lokakarya yang diadakan oleh PT. Angkasa Pura I dan II serta Kedutaan Besar AS, itu dihadiri oleh para ahli dan pengusaha-pengusaha berpengalaman dalam industri penerbangan global. Kegiatan ini bertujuan membangun jaringan untuk pengembangan infrastruktur dan bandara di Indonesia dengan konsep “Airport City,” yaitu konsep terpadu dengan pengembangan kawasan di sekitarnya dan peningkatan standar pelayanan.
Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Soesantono, mengatakan bahwa mengacu pada kerangka Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp 32 triliun untuk membenahi bandara selama periode 2010-2025.
“Tidak semua daerah harus punya bandara karena sekali lagi membangun bandara berarti tidak hanya fisik bandaranya saja, tetapi kita juga harus membangun aksesnya, misalnya keterkaitannya dengan daerah sekitarnya. Daerah di belakangnya itu penting. Jangan sampai kita bangun bandara tetapi yang terjadi demand-nya kurang,” ujar Bambang.
Menurutnya, pembenahan bandara di Indonesia tidak akan mengabaikan masalah keamanan. Saat ini hampir semua dari 25 bandara yang ditangani oleh Angkasa Pura telah mengalami perubahan wajah.
“Kita mengembangkan lima bandara utama nasional yakni di Medan, Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar dan tambah satu lagi mungkin di Balikpapan,” kata Bambang.
Direktur Angkasa Pura I Tommy Soetomo mengatakan konsep pengelolaan bandar udara telah mengalami perkembangan dan perubahan baik dari segi bentuk maupun dari segi fungsinya.
Saat ini bandara telah memiliki fasilitas yang lengkap dari sebuah kota dan menjadi tempat terpadu dari pusat perbelanjaan mewah, tempat konferensi dan pameran, hotel dan penginapan, kawasan bisnis, pengiriman barang, kawasan industri, pusat hiburan dan lain sebagainya.
‘Konsep “Airport City” telah efektif diadopsi oleh banyak bandara terbaik di dunia dan terbukti menjadi instrumen jitu yang dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Konsep ini pada dasarnya merupakan konsep pengembangan bandara yang terpadu dengan pengembangan kawasan di sekitarnya dan meningkatkan standar pelayanan yang dapat meningkatkan pendapatan operator bandara,” ujar Tommy.
Indonesia memiliki 233 bandara, 25 diantaranya dikelola BUMN, 13 bandara di bawah Angkasa Pura I dan 12 bandara dibawah Angkasa Pura II, 1 bandara dikelola oleh Freeport Indonesia sementara sisanya dikelola di bawah pengawasan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI.
“Kami akan fokus membawa perusahaan-perusahaan terbaik dalam industri penerbangan di Amerika Serikat untuk datang ke Indonesia, tidak hanya untuk menciptakan peluang-peluang bisnis baru tetapi juga membantu Indonesia mencapai tujuan, dengan cepat melanjutkan pembangunan infrastruktur penerbangan,” ujar Marciel saat membuka lokakarya Global Airports Indonesia 2012.
Berlangsung selama dua hari, lokakarya yang diadakan oleh PT. Angkasa Pura I dan II serta Kedutaan Besar AS, itu dihadiri oleh para ahli dan pengusaha-pengusaha berpengalaman dalam industri penerbangan global. Kegiatan ini bertujuan membangun jaringan untuk pengembangan infrastruktur dan bandara di Indonesia dengan konsep “Airport City,” yaitu konsep terpadu dengan pengembangan kawasan di sekitarnya dan peningkatan standar pelayanan.
Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Soesantono, mengatakan bahwa mengacu pada kerangka Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp 32 triliun untuk membenahi bandara selama periode 2010-2025.
“Tidak semua daerah harus punya bandara karena sekali lagi membangun bandara berarti tidak hanya fisik bandaranya saja, tetapi kita juga harus membangun aksesnya, misalnya keterkaitannya dengan daerah sekitarnya. Daerah di belakangnya itu penting. Jangan sampai kita bangun bandara tetapi yang terjadi demand-nya kurang,” ujar Bambang.
Menurutnya, pembenahan bandara di Indonesia tidak akan mengabaikan masalah keamanan. Saat ini hampir semua dari 25 bandara yang ditangani oleh Angkasa Pura telah mengalami perubahan wajah.
“Kita mengembangkan lima bandara utama nasional yakni di Medan, Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar dan tambah satu lagi mungkin di Balikpapan,” kata Bambang.
Direktur Angkasa Pura I Tommy Soetomo mengatakan konsep pengelolaan bandar udara telah mengalami perkembangan dan perubahan baik dari segi bentuk maupun dari segi fungsinya.
Saat ini bandara telah memiliki fasilitas yang lengkap dari sebuah kota dan menjadi tempat terpadu dari pusat perbelanjaan mewah, tempat konferensi dan pameran, hotel dan penginapan, kawasan bisnis, pengiriman barang, kawasan industri, pusat hiburan dan lain sebagainya.
‘Konsep “Airport City” telah efektif diadopsi oleh banyak bandara terbaik di dunia dan terbukti menjadi instrumen jitu yang dapat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Konsep ini pada dasarnya merupakan konsep pengembangan bandara yang terpadu dengan pengembangan kawasan di sekitarnya dan meningkatkan standar pelayanan yang dapat meningkatkan pendapatan operator bandara,” ujar Tommy.
Indonesia memiliki 233 bandara, 25 diantaranya dikelola BUMN, 13 bandara di bawah Angkasa Pura I dan 12 bandara dibawah Angkasa Pura II, 1 bandara dikelola oleh Freeport Indonesia sementara sisanya dikelola di bawah pengawasan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI.