Kekerasan kian memuncak di kompleks Masjid Al-Aqsa ketika pada 14 Juli lalu tiga warga Palestina menembak tiga polisi Israel yang berjaga di sekitar Al-Aqsa. Insiden pada Jumat dua pekan lalu ini menewaskan dua polisi Israel dan ketiga pelaku. Israel langsung menutup kompleks Masjid Al-Aqsa sekaligus membatalkan sholat Jumat di sana, kebijakan pertama dalam 48 tahun terakhir.
Dua hari kemudian, Israel membuka kembali Al-Aqsa namun memasang detektor atau pemindai logam di pintu-pintu masuk Al-Aqsa untuk mencegah orang masuk dengan membawa senjata. Kebijakan ini memicu gelombang bentrokan sehabis sholat Jumat (21/7) di Yerusalem Timur, seantero Tepi Barat, dan perbatasan Jalur Gaza.
Menyikapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Selasa (25/7) mengumpulkan para duta besar dan perwakilan diplomatik negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jakarta. Retno kembali menggarisbawahi sikap Indonesia dalam konflik Al-Aqsa saat ini dan meminta agar sikap ini disampaikan kepada pemerintahan mereka masing-masing.
Retno menambahkan Liga Arab akan menggelar sidang khusus hari Rabu (26/7) untuk membahas krisis Al-Aqsa. Komite Eksekutif OKI juga akan melangsungkan pertemuan darurat untuk mendiskusikan hal serupa pada 1 Agustus mendatang.
"Oleh karena itu, perlu bagi Indonesia untuk menyampaikan pesan mengenai perlunya negara-negara anggota OKI untuk memiliki satu posisi yang solid dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di kompleks Al-Aqsa," tegasnya.
Retno menilai OKI tidak bisa berdiam diri saja melihat perkembangan buruk di Al-Aqsa dan menyerukan OKI untuk mengambil sikap tegas guna menghentikan seluruh aksi kekerasan di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Dalam briefing yang dihadiri para duta besar dan perwakilan diplomatik dari negara-negara OKI, Retno mengingatkan kembali tentang “Deklarasi Jakarta” yang dihasilkan dalam KTT Khusus OKI mengenai Yerusalem. Pada pasal delapan deklarasi itu, anggota OKI di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan terus menyuarakan isu Palestina.
Retno mengatakan Indonesia juga akan menyampaikan usul perlindungan internasional atas kawasan Masjid Al Aqsa dalam pertemuan darurat OKI 1 Agustus nanti, tetapi belum merincinya lebih jauh.
Menanggapi pembongkaran detektor logam di pintu-pintu masuk Al-Aqsa, Retno telah meminta duta besar Indonesia di Yordania untuk mencari informasi apakah ada alternatif pengamanan lain yang dilakukan Israel untuk menghambat kebebasan bagi warga muslim Palestina untuk beribadah di Al-Aqsa. Retno belum bisa memastikan apakah pembongkaran detektor logam di pintu-pintu masuk Al-Aqsa itu menunjukkan bahwa Israel mulai melunakkan sikapnya.
"Tetapi sekali lagi, isunya adalah akses bebas untuk beribadah karena kebebasan beribadah merupakan salah satu hak yang paling mendasar," tambah Retno.
Hingga kini, menurut Bulan Sabit Merah Palestina, krisis Al-Aqsa telah menewaskan lima warga Palestina, tiga orang Israel, dan melukai lebih dari 900 warga Palestina.
Akibat pengetatan keamanan di Al-Aqsa, warga muslim Palestina memilih sholat di luar kompleks Al-Aqsa. Mereka menuding pemasangan detektor logam dan kamera pengintai merupakan upaya Israel mengontrol Al-Aqsa.
Manajemen kawasan Al-Aqsa selama ini dikelola oleh lembaga wakaf bentukan pemerintah Yordania. Sedangkan situasi keamanan di sekitar Al-Aqsa dan Kota Tua Yerusalem Timur dikendalikan oleh Israel. [fw/em]
Your browser doesn’t support HTML5