Pemerintah Indonesia hari Minggu (12/3) menyambut baik kesepakatan pemulihan hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran Jumat lalu (10/3).
Kementerian Luar Negeri Indonesia menyampaikan hal ini lewat Twitter dan mengatakan “diharapkan hal ini akan berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan.”
Lebih jauh ditambahkan, “Indonesia yakin dialog dan kerja sama adalah cara terbaik dalam menyelesaikan masalah.”
Arab Saudi dan Iran Jumat lalu sepakat untuk menormalisasi hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan besar mereka setelah ketegangan hubungan selama tujuh tahun terakhir ini. Terobosan diplomatik luar biasa yang dirundingkan dengan mediasi China ini diyakini akan menurunkan kemungkinan konflik bersenjata antar negara, baik secara langsung, maupun dalam konflik proksi di sekitar kawasan.
BACA JUGA: Suriah, Iran Sambut Normalisasi Hubungan antara Damaskus dan Negara-negara ArabKantor berita Associated Press melaporkan kesepakatan yang dicapai di tengah seremonial Kongres Rakyat Nasional itu dinilai sebagai kemenangan diplomatik besar bagi China karena negara-negara Teluk Arab menilai Amerika perlahan-lahan telah menarik diri dari Timur Tengah.
Seorang penyiar di stasiun televisi Arab Saudi El Ekhbariya mengatakan perundingan itu melibatkan Penasehat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad bin Mohammed Al Aiban dan seorang menteri di Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani.
Kedua negara merilis komunike bersama tentang kesepakatan itu, yang salah satu isinya adalah menyerukan untuk membangun kembali hubungan diplomatik dan pembukaan kembali kedutaan besar “dalam jangka waktu maksimal dua bulan.”
Arab Saudi Eksekusi Ulama Iran, Demonstran Serbu Pos Diplomatik Arab Tahun 2016
Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada tahun 2016 setelah sejumlah demonstran menyerbu pos-pos diplomatik Arab Saudi di Iran, beberapa hari setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka.
Ketegangan di antara kedua negara meningkat secara dramatis setelah Amerika pada tahun 2018 secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran dengan beberapa negara adi daya yang telah disepakati pada tahun 2015.
Sejak saat itu Iran dinilai bersalah atas serangkaian serangan, termasuk yang menarget jantung industri minyak Arab Saudi pada tahun 2019, yang untuk sementara mengurangi separuh produksi minyak mentah negara kerajaan itu. Meskipun awalnya kelompok pemberontak Houthi – yang didukung Iran – mengklaim serangan itu, negara-negara Barat dan sejumlah pakar tetap menyalahkan Iran atas serangan itu. Iran juga membantah melakukan serangan-serangan lain yang dikaitkan dengan negara itu. [em/jm]