Di Jakarta, Menkopolhukam Djoko Suyanto menyangkal ledakan itu terkait dengan insiden penembakan teroris di Indonesia atau beberapa insiden lain yang terjadi di Perancis pada waktu hampir bersamaan.
Dua hari pasca ledakan di depan kantor KBRI di Paris, aktivitas kedutaan mulai berjalan normal. Delapan kaca yang berada di ruang depan dan hancur berantakan terkena pecahan ledakan, kini sudah diperbaiki. Meskipun demikian polisi masih berjaga-jaga di depan KBRI dan juga di sepanjang 47-49 Rue Cortambert, dimana bangunan KBRI berada.
Menurut Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM Indonesia Jendral Purnawirawan Djoko Suyanto yang dihubungi VOA melalui saluran telepon, rekaman CCTV yang dimiliki KBRI telah diserahkan kepada polisi Perancis, yang akan mendalami dan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
“CCTV yang ada sudah diselidiki dan diserahkan ke Kepolisian Paris untuk diselidiki. Ada rekamannya – ada tiga orang yang kelihatan. Cuma pendalaman soal siapa saja mereka, itu masih diselidiki dan saya belum bisa berikan rinciannya. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah apa motifnya, ditujukan kepada siapa dsb-nya. Nanti setelah Kepolisian Paris berhasil menangkap ketiga orang itu mungkin baru bisa diselidiki hal-hal tadi,” jelas Djoko Suyanto.
Berdasarkan rekaman CCTV, pada sekitar pukul 05.00 ada seseorang yang meletakkan bom parsel di depan KBRI. Tetapi 10 menit kemudian tampak seorang pengendara motor menghampiri bom tersebut dan memindahkannya ke seberang – sekitar 15 meter dari bangunan KBRI. Tak lama kemudian paket itu pun meledak dan menimbulkan kerusakan pada kaca-kaca dan sebagian bangunan di jalan 47-49 Rue Cortambert. Dua mobil yang diparkir di jalan itu pun ikut terbakar.
Ledakan ini hanya berselang tiga hari dari operasi inteljen yang menewaskan lima teroris di Bali, dan berselang satu dari dari insiden penembakan di sebuah sekolah Yahudi di Touluse Perancis yang menewaskan seorang rabbi dan tiga siswa. Namun Menkopolhukam Djoko Suyanto menolak menghubungan insiden ledakan di depan KBRI itu dengan kedua insiden terpisah tersebut.
Djoko Suyanto menambahkan, “Kalau seperti ini tidak bisa mengira-ngira, kita harus pasti kelompok siapa dan tujuannya apa. Kalau salah perkiraan nanti tindakan yang kita ambil juga tidak tepat."
Untuk meningkatkan kewaspadaan, Kementeri Luar Negeri Indonesia telah mengirim nota telegram ke seluruh kantor-kantor perwakilan Indonesia.
“Kemenlu sudah mengirim nota telegram ke tiap2 perwakilan Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan. Meskipun kita belum tahu apakah ledakan di depan KBRI Paris itu ditujukan untuk kita, karena tidak ada indikasi. Pada tahun 2004 juga terjadi di tempat yang sama. Kebetulan di beberapa tempat seperti di Toulouse juga terjadi insiden, meskipun bentuknya bukan peledakan tetapi penembakan,” ungkap Djoko Suyanto lebih lanjut.
Sementara itu di Jakarta, Kepala Badan Inteljen Negara (BIN), Marciano Norman menyatakan sangat kuat dugaan bom itu tidak ditujukan kepada KBRI. Namun ia menolak memberi perincian lebih jauh.