Istilah realitas tertambah atau augmented reality baru merakyat setelah dirilisnya permainan Pokemon Go di seluruh dunia. Padahal teknologi itu telah dikembangkan sejak lama dan telah digunakan dalam berbagai bidang seperti militer, kedokteran, pendidikan dan lain-lain.
Perusahaan Indonesia, AR&Co, telah menggeluti dunia realitas tertambah sejak 2009. Perusahaan yang digerakkan anak-anak muda Indonesia tersebut memadukan realitas tertambah dengan realitas maya, tiga dimensi dan teknologi lain untuk memasarkan produk, promosi, membuat game atau aplikasi.
Salah satu proyek yang paling sukses adalah aplikasi “Next for Nigeria”. Tahun 2015, kandidat presiden Nigeria, Muhammadu Buhari, menggunakan aplikasi ini untuk menarik perhatian para pemilih milenial.
Buhari terpilih sebagai presiden Nigeria.
Dan berkat aplikasi yang dirilis di negara Afrika itu, AR&Co menang penghargaan Auggie kategori “Kampanye Terbaik” dalam Augmented World Expo di Silicon Valley tahun 2015.
Tahun 2016, mereka kembali memenangkan perhargaan yang sama lewat sebuah aplikasi yang dirilis di Vietnam.
Berbicara kepada VOA di Jakarta bulan Agustus, Direktur AR&Co Krisni Lee mengatakan, “Tahun lalu saja kami tidak menyangka bisa memenangkan penghargaan di Silicon Valley. Tahun ini dapat lagi di kategori sama, Best AR campaign, dengan project yang berkolaborasi dengan Ducth Lady di Vietnam. It’s a blessing, akan membawa kita lebih jauh lagi.”
Dengan prestasi global, klien yang tersebar di seluruh dunia, dan kantor perwakilan di beberapa negara, perusahaan yang berpusat di Jakarta itu digadang-gadang sebagai pemain terbesar di Asia dalam bidang realitas tertambah. Kini mereka siap bersaing lebih ketat dengan para pemain global lain dengan melebarkan bisnis ke pusat teknologi AS, Silicon Valley, di negara bagian California.
Ditemui VOA di San Jose, negara bagian California bulan September, Kepala Perwakilan AR&Co di Silicon Valley, Jason Betler, mengatakan bahwa Silicon Valley sangat menjanjikan.
“Di sini ada banyak kesempatan. Ada banyak peluang yang bisa dieksplorasi. Meskipun AS terkenal akan perannya dalam bidang media dan teknologi, masih banyak yang bisa kami tawarkan dalam bidang realitas tertambah dan realitas campuran (mixed reality)," jelasnya.
Elsie Mullers, direktur pengembangan bisnis AR Group dan WIR Group, induk perusahaan AR&Co, mengatakan sebagai salah satu pengguna teknologi terbesar di dunia, sudah sepantasnya Indonesia menjadi salah satu pengembang teknologi terbesar pula di dunia. Dia mengatakan kepada VOA perusahaan teknologinya semakin terdorong untuk membuktikan keunggulan Indonesia.
“Seringkali ketika kami mengajukan proposal ke perusahaan-perusahaan asing, awalnya kami diremehkan. Tapi setelah melihat presentasi kami, mereka sangat terkesan, kemudian heran, ‘kalian dari Indonesia?’ Kami justru senang dengan reaksi itu,” ujarnya.
“WIR Group adalah singkatan dari We Indonesians Rock, tujuan kami bukan hanya membangun perusahaan, tapi juga mendukung para pemuda Indonesia untuk membangun teknologi.”
Kini industri realitas tertambah masih didominasi perusahaan AS dan Eropa, menurut Digi-Capital, konsultan teknologi internasional. Tetapi mereka memprediksi Asia akan memimpin tahun 2020, disusul Eropa dan AS. Mereka juga memperkirakan industri realitas tertambah akan bernilai 90 miliar dolar tahun 2020, empat kali lebih besar dari realitas maya. [vm/ii]